Sejak Kapan Manusia Telah Bergumul dengan Hama dan Kutu Busuk?

By Galih Pranata, Senin, 6 Februari 2023 | 13:02 WIB
Ilustrasi abad pertengahan di mana seorang ibu atau mungkin perawat, sedang mengambil kutu di kepala seorang anak. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Selama berabad-abad lalu, di Eropa dan bahkan hampir di seluruh penjuru dunia, manusia hidup berdampingan dengan hama dan kutu-kutu busuk. Pola permukiman kumuh menjadi alasan tersebarnya hama ini.

Bisa dikatakan bahwa masyarakat di abad pertengahan telah berbagi tempat tinggalnya dengan kutu-kutu busuk dan hama. Mulai dari tempat tidur, lemari pakaian, hingga tubuh manusia menjadi sarang kutu.

"Kisah hama dan manusia adalah cerita lama yang telah menjadi bukti sejak munculnya masyarakat agraris," tulis Jessica Secmezsoy-Urquhart dalam jurnal Sloth berjudul The Troublesome Enemy: Vermin Agency in Pre-Modern Europe 1000-1800 terbitan 2017.

Selama rentang tahun 1300-an hingga 1800-an, keterikatan manusia dengan hama dan kutu busuk dimulai saat hasil-hasil panen mulai meningkat dengan penempatan hasil panen di sekitar rumah-rumah warga.

Tidak mengherankan jika kulit kepala masyarakat terdahulu akan jadi habitat kutu. "Rambut mereka dipenuhi kutu dan kutu," imbuhnya.

Semakin meningkatnya akan pertumbuhan dan berkembangnya populasi masyarakat Eropa di abad pertengahan, maka akan semakin besar pula perkembang biakan hama dan kutu busuk di sekitarnya.

"Tempat tinggal para pelayan di rumah-rumah besar, di mana orang-orang berdesakan seperti makanan di dalam toples, menyediakan tempat berkembang biak yang subur bagi segala bentuk hama yang merayap," tulis Larry.

Larry Holzwarth kepada History Collection dalam artikel berjudul "Disgusting Hygiene Habits in History that Have Us Running for the Shower" terbitan 31 Agustus 2022.

Kutukan penyakit sampar dan pagebluk tersebar tidak terbatas pada abad pertengahan, dan pagebluk itu berlanjut selama berabad-abad setelah periode itu.

George Washington memang bukanlah penulis dari 110 Rules of Civility yang sekarang dikaitkan dengan dirinya. Dia hanya menyalinnya dari teks Jesuit yang ditulis pada abad ke- 16.

Bakteri Yersinia pestis yang tampak dari mikroskop. (NIAID)

Di antara perlawanan rakyat Amerika terhadap hama, Washington dengan lantang mengumandangkan pernyataan: "Jangan membunuh hama, seperti kutu, kutu, caplak, dll., di hadapan orang lain…"

Namun bagaimanapun, hama dan kutu busuk secara cepat tersebar ke dalam lapisan sosial masyarakat. Masyarakat berupaya pemberantasan kutu dan hama hingga ke akarnya, mereka memutus upaya tersebarnya hama, namun tetap gagal.

Sampai pada abad ke-20, wabah Pest telah menjadi hal yang paling mengerikan dalam sejarah peradaban manusia. Secara cepat menjadi pagebluk yang menewaskan ratusan ribu hingga jutaan manusia di bumi.

Baca Juga: Percayakah Anda Bahwa Manusia 'Memelihara' Tikus 15.000 Tahun Lalu?

Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda

Baca Juga: Pesjati, Takdir Balita Penyintas Pagebluk Pes di Hindia Belanda

 Baca Juga: Pagebluk Pes Mematikan Menginfeksi Jalur Sutra Antara 1346-1352

Penurunan dan berkurangnya penyebaran wabah diperkirakan terjadi karena pemberlakuan karantina, lazaretto, pengadaan rumah sakit khusus wabah dan penggunaan masker yang digalakkan petugas medis.

Walaupun sudah dikatakan menurun, penyebaran pagebluk akibat hama atau kutu-kutu busuk belum sepenuhnya berakhir.

Strain yang berbeda dari bakteri yang sama kembali merusak Eropa dan lagi dan lagi sampai tahun 1700-an, hingga masuknya pengaruh kolonialisme bangsa Eropa ke Asia hingga Nusantara.

Salah satu permulaan tersebarnya Yersinia Pestis bermula tatkala hasil pertanian impor mulai masuk melalui jalur kereta api di Jawa oleh pemerintah kolonial di Hindia Belanda. Dari sinilah, praja Mangkunegaran diperkirakan terdampak pagebluk paling parah.