Peran para wanita Kesultanan ini dalam politik patut diacungi jempol. Pasalnya, wanita ini secara aktif terlibat dalam harem dan politik istana. Gagasan mereka sangat memengaruhi para penguasa, dan banyak yang bahkan memerintah Kekaisaran di balik tirai atas nama para penguasa.
Misalnya Jahanara Begum, putri Shah Jahan. Jahanara yang berusia 17 tahun diberi stempel kerajaan dan menerima gelar Padshah Begum dari Kesultanan Mughal. Ia memiliki pengaruh politik utama selama pemerintahan ayahnya dan dikenal sebagai wanita paling berkuasa di kesultanan saat itu.
Salah kaprah soal harem Kesultanan Mughal
Selain wanita Kesultanan ini, ruang zenana (tempat tinggal wanita dalam rumah tangga) juga diabaikan oleh para peneliti. Bahkan, harem digambarkan sebagai tempat untuk mendapat kenikmatan seksual belaka.
Banyak yang membayangkan jika ribuan wanita muda ditawan dan menjalani kehidupan tertutup sebagai objek seks dalam suasana kecemburuan dan frustrasi. Konspirasi tentang suksesi takhta merajalela. "Namun, kebenarannya agak lebih kompleks dan mengejutkan sesuatu yang lain," tutur Mishra.
Istana perempuan adalah ruang multikultural, tidak hanya untuk permaisuri penguasa. Tempat tersebut digunakan bagi kerabat yang mencari suaka, janda jenderal penting, pelayan Portugis dan Inggris, dan penjaga wanita. Selain mereka, kerabat yang belum menikah, nenek dan bibi yang dihormati, putri dan anak-anak, pelayan, dan pedagang wanita juga menjadi penghuni harem Kesultanan Mughal.
Wanita-wanita Kesultanan Mughal yang paling berpengaruh
Wanita berpangkat tertinggi di era Mughal menikmati kehidupan mewah. Mereka bahkan bisa menjadi penasihat para penguasa.
Beberapa wanita bangsawan di rumah tangga kekaisaran dicatat sekuat pasangannya. Mereka terkadang menunjukkan peran yang lebih menentukan dalam pemerintahan dan bertindak sebagai pelindung seni, sains, dan sastra. Paham akan kekuatan yang dimiliki, para wanita bekerja sebagai kelompok lobi yang tangguh.
Nur Jahan adalah wanita paling berpengaruh pada masa Kaisar Mughal Jahangir (memerintah 1605-1627). Pada 1607, dia bekerja di harem setelah kematian suaminya, Quli Khan.
Dinamakan Nur Mahal atau 'Cahaya Istana' setelah menikah dengan kaisar, ia dianugerahi gelar Nur Jahan ('Cahaya Dunia') lima tahun kemudian.
Ratu Nur Jahan, seorang wanita yang cerdas dan anggun, menjadi sangat aktif dalam politik istana. Namanya tertulis di mata uang dan Nur Jahan terkadang memberikan audiensi di istananya.