Seberapa Cepat Kekebalan COVID-19 pada Penerima Vaksin Memudar?

By Utomo Priyambodo, Rabu, 8 Februari 2023 | 08:00 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19. Kekebalan terhadap COVID-19 yang didapat dari gabungan hasil infeksi dan vaksin lebih kuat. (Creative Common Images)

Nationalgeographic.co.id—Saat ini sistem kekebalan sebagian besar manusia telah belajar mengenali virus SARS-CoV-2 melalui vaksinasi, infeksi, atau, dalam banyak kasus, keduanya. Namun, seberapa cepat jenis kekebalan ini memudar?

Bukti baru menunjukkan bahwa kekebalan 'hibrid', hasil dari vaksinasi dan serangan COVID-19, dapat memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi ulang setidaknya selama delapan bulan. Kekebalan ini juga menawarkan perlindungan lebih dari 95% terhadap penyakit parah atau rawat inap antara enam bulan dan satu tahun setelah infeksi atau vaksinasi, menurut perkiraan dari meta-analisis.

"Adapun kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi penguat saja tampaknya memudar lebih cepat," tulis Cassandra Willyard untuk Nature.

Bagaimanapun, daya tahan kekebalan jauh lebih kompleks daripada yang ditunjukkan oleh angka. Berapa lama sistem kekebalan dapat menangkis infeksi SARS-CoV-2 tidak hanya bergantung pada seberapa banyak kekebalan yang berkurang dari waktu ke waktu, tetapi juga pada seberapa baik sel kekebalan mengenali targetnya.

“Dan itu lebih berkaitan dengan virus dan seberapa banyak ia bermutasi,” kata Deepta Bhattacharya, ahli imunologi di University of Arizona College of Medicine di Tucson. Jika varian baru menemukan cara untuk keluar dari respons kekebalan yang ada, bahkan infeksi baru-baru ini mungkin tidak menjamin perlindungan.

Era Omicron

Omicron telah menunjukkan skenario seperti itu. Pada akhir 2021 dan awal 2022, subvarian Omicron utama yang menyebabkan infeksi adalah BA.1 dan BA.2. Pada pertengahan 2022, gelombang BA.5 semakin menguat di beberapa negara, meningkatkan prospek bahwa mereka yang sudah memiliki satu putaran Omicron dapat segera terpapar putaran berikutnya. Data sekarang memberikan gambaran tentang risiko infeksi ulang dari waktu ke waktu.

Dalam satu penelitian, para peneliti yang mengamati basis data infeksi nasional Portugal mempelajari orang-orang yang divaksinasi yang terinfeksi selama gelombang BA.1/BA.2. Analisis menunjukkan bahwa 90 hari setelah infeksi, populasi ini memiliki perlindungan kekebalan yang tinggi. Risiko mereka terinfeksi BA.5 hanya seperenam belas dari orang yang telah divaksinasi tetapi tidak pernah terinfeksi.

Setelah itu, kekebalan hibrida terhadap infeksi tersebut menurun tajam selama beberapa bulan dan kemudian menjadi stabil. Jadi pada akhirnya kekebalan ini "hanya" memberikan perlindungan selama delapan bulan setelah infeksi.

Studi lain mengamati 338 petugas layanan kesehatan yang divaksinasi di Swedia. Beberapa di antaranya pernah mengalami infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya.

Baca Juga: Ilmuwan Bingung, Mengapa Efek Vaksin Pada Setiap Orang Berbeda-beda

Baca Juga: Antivaksin Abad ke-18: Bayangkan Anak yang Divaksin Berubah Jadi Sapi