Dalam sebuah studi yang diterbitkan Maret lalu di jurnal Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Arzu Arslan Kelam dari Universitas Teknik Timur Tengah, Ankara, dan rekan-rekannya menyatakan bahwa pusat kota Gaziantep akan mengalami kerusakan sedang hingga parah akibat gempa berkekuatan 6,5 SR. Ini karena sebagian besar bangunan yang ada adalah struktur bata bertingkat rendah yang dibangun sangat berdekatan satu sama lain.
Pada tahun 1999, gempa berkekuatan 7,4 melanda 11 kilometer tenggara Izmit, Turki. Bencana ini menewaskan lebih dari 17.000 orang dan menyebabkan lebih dari 250.000 kehilangan tempat tinggal. Setelah tragedi ini, pemerintah Turki memperkenalkan peraturan bangunan baru dan sistem asuransi gempa bumi wajib.
“Namun, banyak bangunan yang terkena dampak gempa minggu ini dibangun sebelum tahun 2000,” kata Mustafa Erdik, seorang insinyur sipil di Universitas Boğaziçi, Turki.
Baca Juga: Pelajaran Gempa Turki: Bagaimana Kesiapsiagaan Gedung Tinggi Indonesia
Baca Juga: Mekanisme Munculnya Pulau Baru di Tanimbar setelah Terjadinya Gempa
Baca Juga: Seperti Apa Alat Pendeteksi Gempa Pertama dari Zaman Tiongkok Kuno?
Baca Juga: Sesar Baribis di Jakarta Selatan Aktif dan Bisa Sebabkan Gempa Besar
Keadaan menjadi lebih buruk di Suriah, di mana konflik selama lebih dari 11 tahun telah membuat standar bangunan tidak mungkin ditegakkan. Gempa bumi melanda wilayah barat laut Suriah, dengan gedung-gedung runtuh di Aleppo dan Idlib.
“Beberapa bangunan yang rusak akibat perang di Suriah telah dibangun kembali menggunakan bahan berkualitas rendah atau bahan apapun yang tersedia,” kata Rothery. “Mereka mungkin lebih mudah jatuh daripada yang dibangun dengan biaya yang agak lebih besar. Kami belum mengetahuinya.”
Mengapa gempa Turki-Suriah ini begitu mematikan?
Gempa tersebut menyebabkan kerusakan besar sebagian karena kekuatannya. Itu adalah gempa bumi terkuat yang melanda Turki sejak 1939 dan karena menghantam wilayah berpenduduk maka mengakibatkan banyak jatuh korban.
Selain itu, gempa bumi terbaru ini terjadi pada dini hari pukul 04:17 waktu setempat, yang berarti bahwa orang-orang yang sedang tidur "terperangkap ketika rumah mereka runtuh," kata Roger Musson, peneliti kehormatan di British Geological Survey, kepada AFP.
Alasan lainnya adalah seperti yang diungkapkan di awal, konstruksi bangunan juga tidak benar-benar memadai untuk daerah yang rawan gempa besar.