Gempa Bumi Pengguncang Turki: Era Romawi, Ottoman, hingga Republik

By Utomo Priyambodo, Kamis, 9 Februari 2023 | 17:00 WIB
Gempa tahun 1942 yang melanda Niksar, Tokat, Turki. Gempa telah berulang kali menghancurkan Turki sejak era Romawi, Ottoman, hingga Republik saat ini. (Via Daily Sabah)

Nationalgeographic.co.id—Istanbul di Turki adalah kota yang sering mengalami gempa bumi. Sejak didirikan hingga 1453, ketika Ottoman menaklukkan Konstantinopel, kota ini mengalami lebih dari 50 gempa bumi yang tercatat.

Pertama, gempa bumi tahun 557. Gempa ini menghancurkan tembok Kota Istanbul bahkan meruntuhkan kubah Hagia Sophia.

Kemudian, gempa yang terjadi pada tahun 989. Gempa ini terasa di Italia dan kubah Hagia Sophia yang dipugar setelah gempa sebelumnya kembali rusak parah.

Lalu gempa tahun 1343. Keparahan gempa ini berlangsung selama 12 hari, sedangkan dampak gempa tahun 1346 berlangsung hampir setahun akibat gempa susulan.

Kiamat Kecil

Gempa berskala terbesar setelah penaklukan Konstantinopel terjadi pada tahun 1509 dan disebut "Kiamat Kecil". Gempa tersebut merupakan kiamat bagi masyarakat Istanbul.

Dampak gempa berlangsung 45 hari. Sebagian besar bangunan runtuh dan ribuan orang meninggal.

Sultan Ottoman Bayezid II tinggal sebentar di tenda yang didirikan di taman Istana Topkapı dan kemudian menuju ke Edirne. Bahkan, pada masa tersebut, Sungai Tundzha dikatakan meluap dan membanjiri seluruh kota, seperti ditulis di Daily Sabah.

Gempa bumi tahun 1509 menandai titik balik dalam arsitektur perkotaan Ottoman. Saat kota sedang dibangun kembali, bahan kayu lebih disukai daripada bahan batu.

Batu menyebabkan korban jiwa saat gempa. Adapun bangunan kayu tidak mudah runtuh meski bergoyang seperti buaian.

Ilustrasi kepanikan orang-orang saat gempa bumi mengguncang Istanbul pada abad ke-16. Gempa-gempa masa lalu telah merusak Turki beberapa kali. (Via Daily Sabah)

Gempa bumi skala terbesar kedua dalam sejarah Istanbul tercatat pada 22 Mei 1766. Gempa yang menyebabkan kehancuran banyak masjid dan kematian 300 orang ini membawa kehancuran yang lebih sedikit daripada gempa pada tahun 1509.

Namun, gempa susulan yang berlanjut selama dua setengah tahun berdampak besar pada moral masyarakat. Episentrum gempa ini diperkirakan ada di Teluk İzmit.

Sketsa yang digambar pada masa itu menunjukkan bahwa banyak bangunan yang rata dan wilayah pesisir provinsi tersebut banjir oleh air laut. Masjid Fatih dan Eyüp hancur, dan Sultan Ottoman Mustafa III menghabiskan banyak uang untuk membangun kembali kota meskipun perang Rusia sedang berlangsung.

Diikuti oleh Tsunami

Gempa bumi terbesar ketiga yang melanda Istanbul terjadi pada 10 Juli 1894. Gempa dimulai pada sore hari di musim panas dan ditentukan serta dilaporkan berdasarkan metode ilmiah.

Pusat gempa berada di lepas pantai San Stefano dan terdiri atas beberapa gempa, masing-masing berlangsung beberapa detik sebelum tsunami terjadi di Laut Marmara. Gempa juga dirasakan di Kreta, Bucharest, Ioannina dan bahkan di belakang Anatolia.

Sultan Ottoman Abdülhamid II saat itu menyensor surat kabar, karena khawatir dengan moral masyarakat. Namun, terlepas dari usahanya, terungkap bahwa gempa tersebut menyebabkan kematian 500 orang.

Pascagempa, sultan memulai kampanye dengan menyumbangkan 1.500 lira emas. Dalam beberapa bulan, kampanye tersebut mengumpulkan 100.000 lira emas. Dari pendapatan tersebut, keluarga korban gempa diberikan masing-masing 10 lira emas dan para janda serta yatim piatu masing-masing menerima 5 lira emas.

Sultan juga memesan dua seismograf dari Italia yang masing-masing berharga 3.200 franc. Salah satu seismograf ini ditempatkan di Observatorium Kandilli dan yang lainnya di Istana Yıldız.

Gempa Bumi Modern

Banyak gempa bumi melanda Turki, khususnya Anatolia, selama era Republik. Salah satu yang terbesar adalah Gempa Erzincan yang terjadi pada malam tanggal 27 Desember 1939. Gempa tersebut berlangsung selama beberapa menit dan gempa susulan berlanjut selama berbulan-bulan.

Seluruh kota diratakan dengan tanah kecuali stasiun kereta yang dibangun oleh Jerman pada tahun 1930 dan pemandian umum yang dibangun oleh Seljuk pada abad ke-12. Selain kehancuran, hampir 40.000 orang kehilangan nyawa mereka. Namun, sebagian besar kematian terjadi karena cuaca dingin dan kelaparan.

Kota baru dibangun sangat dekat dengan kota lama yang hancur pada tahun 1939. Alhasil, dua gempa lainnya yang terjadi pada tahun 1984 dan 1992 mengakibatkan banyak korban jiwa.

Baca Juga: Disebut Kiamat Sugra, Dahsyatnya Gempa 1509 di Era Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Mimpi Buruk Istanbul: Garis Waktu Gempa Bumi yang Mengguncang Turki

Baca Juga: Pelajaran Gempa Turki: Bagaimana Kesiapsiagaan Gedung Tinggi Indonesia 

Desa Varto di wilayah Anatolia timur hancur total pada 31 Mei 1946 dan 839 orang tewas. Gempa bumi lain kembali melanda wilayah itu pada tahun 1966. Akibat gempa yang setara dengan dampak ledakan 4.000 bom atom seberat 20 kilogram itu, hampir 3.000 orang tewas di Varto dan sekitarnya. Pusat gempa dan 92 desa tetangga terhapus dari peta dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Beberapa gempa paling mematikan dan terbesar dalam sejarah Republik Turki adalah 1930 Hakkari (2.500 kematian), 1942 Niksar (3.000 kematian), 1943 Tosya (3.000 kematian), 1944 Bolu (4.000 kematian), 1970 Gediz (1.100 kematian), 1875 Diyarbakir-Lice (2.400 kematian), 1976 Van-Çaldıran (3.800 kematian), 1983 Erzurum-Horasan (1.500 kematian) dan 1999 Gölcük (17.000 kematian).

Meskipun gempa bumi adalah bencana alam, kelaparan, dehidrasi, wabah penyakit, penjarahan, cuaca dingin, hujan, salju, dan masalah lain yang muncul setelah gempa menggantikan bencana itu sendiri. Penanganan dan bantuan yang kurang optimal juga memperburuk kondisi korban gempa.