Tentu saja Guifei menyerang selir itu dan mengeluh karena disisihkan. “Sempat dikembalikan ke keluarganya dua kali tapi rupanya kaisar tidak bisa hidup tanpa Guifei,” tambah Colville.
Mungkin ini membuat Guifei semakin bersyukur dan rela mengabdikan dirinya pada kaisar sebagai tanda kesetiaan ini. Atau semua tindakannya dilakukan karena rasa percaya diri bahwa ia tidak tergantikan.
Guifei diperdaya oleh jenderal yang ingin merebut takhta kaisar
Pada tahun 747, seorang jenderal bernama An Lushan hadir di istana. Dia dengan cepat memikat Guifei. Sang selir dikatakan telah mengadopsi Lushan sebagai putranya. Namun desas-desus beredar bahwa keduanya berselingkuh. Guifei memastikan agar An dilindungi oleh 200.000 tentara.
Namun rupanya tindakan Guifei membawa dinasti menuju jurang kehancuran. An memberontak pada tahun 755 dan berbaris di Chang'an. Dia akhirnya akan menyatakan dirinya sebagai kaisar juga.
Dalam delapan tahun, pemberontakan An Lushan membawa Tang dari zaman keemasan ke kekaisaran yang gagal. Kota-kota yang dijarah, desa-desa yang dibakar.
Terjadi bencana kelaparan dan perpecahan nasional. Sepertiga dari populasi (dari 50 juta orang) menghilang dari daftar pajak. Bukti birokrasi yang runtuh, pembantaian massal, dan keluarga yang melarikan diri.
Baca Juga: Penguasa Tiongkok Mengeklaim Kekuasaannya Didasari Atas 'Mandat Surga'
Baca Juga: Gerakan Rahasia White Lotus dan Hancurnya Dinasti Mongol di Tiongkok
Baca Juga: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Filosofi Taoisme asal Tiongkok?
Pada tahun 756, ibu kota Chang'an tidak berdaya melawan pasukan An. Xuanzong dan pengiringnya melarikan diri ke selatan menuju Chengdu, bersama dengan selir Guifei.
Di Stasiun Kurir Mawei, penjaga kekaisaran membunuh Guozhong dan dua saudara perempuan Guifei. Penjaga kekaisaran merasa pemberontakan itu semua adalah kesalahan mereka.