“Penelitian ini, bersama dengan karya lain yang mencatat keberadaan sungai di atmosfer di daerah tropis, menyoroti bahwa sungai di atmosfer mewakili fenomena global,” kata Bin Guan dari California Institute of Technology, rekan penulis studi tersebut.
Dengan menggunakan gambar penginderaan jauh satelit, para ilmuwan mengamati penyusutan es laut segera setelah badai sungai atmosfer, dan melihat penyusutan berlangsung hingga 10 hari.
Baca Juga: Warna Warni Awan Pelangi yang Sangat Langka Menerangi Lingkaran Arktika
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Kaitan Antara Es Arktika yang Mencair dan Asam Laut
Baca Juga: 'Virus Raksasa' di Danau Epishelf Arktika Ini Terancam Perubahan Iklim
Baca Juga: Melonjaknya Jumlah Sambaran Petir di Arktika Buat Ilmuwan Khawatir
“Ketika transportasi uap air semacam ini terjadi di Kutub Utara, efeknya bukan hanya jumlah hujan atau salju yang turun darinya, tetapi juga efek pencairan es yang kuat,” kata Mingfang Ting, seorang profesor di Sekolah Iklim Columbia Lamont-Doherty Earth Observatory dan salah satu penulis penelitian.
Hilangnya es laut Arktika memiliki implikasi yang luas. Perairan terbuka lebih gelap daripada yang tertutup es dan dengan demikian menyerap lebih banyak energi matahari. Proses ini memakan dirinya sendiri, memperkuat pemanasan wilayah kutub.
Perairan bebas es dapat membuka rute pelayaran baru yang lebih langsung, dan akses ke mineral dan sumber daya lainnya, tetapi juga dapat memicu perjuangan geopolitik internasional.
“Selain itu, pencairan air tawar ke lautan asin dapat memengaruhi pola sirkulasi lautan. Hilangnya es laut dengan cepat membawa erosi garis pantai Arktika, gangguan pada pola cuaca global, dan gangguan komunitas dan ekosistem Arktika,” pungkas Ting.