Cek Fakta: Es Mencair Tidak Punya Pengaruh pada Kenaikan Air Laut?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 23 Februari 2023 | 17:00 WIB
Es mencair penyebab salinitas air laut, yang dapat berisiko bencana. Misalnya, kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Sosial media sempat ramai dengan pernyataan bahwa kenaikan air laut disebabkan perubahan iklim adalah fakta yang meragukan. Salah satunya Tifauzia Tyassuma lewat akun twitternya mengatakan, pelelehan es di kutub tidak menyebabkan air laut naik, Agustus 2022.

Dia mengibaratkannya dengan es batu yang meleleh di dalam gelas berisi teh. Teh tidak akan mengubah volume air, tidak membuatnya tumpah dari gelas. Namun, benarkah bahwa pelelahan es di kutub tidak membuat kenaikan muka laut global?

Mengetahui ancaman kenaikan air laut akibat es yang mencair dalam perubahan iklim penting diketahui.  "Memproyeksikan hilangnya massa secara akurat dari lapisan es adalah kepentingan masyarakat yang kritis," terang para peneliti di jurnal The Cryosphere, Desember 2021. Penelitian itu dipimpin oleh Andy Aschwanden dari Geophysical Institute, University of Alaska Fairbanks, AS.

Penelitian mereka mengungkapkan berbagai kerugian secara sosio-ekonomi dalam model iklim. Yang paling umum adalah abrasi pesisir yang mengancam banjir pada musim hujan atau gelombang pasang. Akibatnya berdampak pada masyarakat nelayan.

Ada banyak penelitian ilmiah dari berbagai jurnal. Tidak mudah bagi ilmuwan untuk mengungkap fakta bahwa es di kutub mencair, mengakibatkan peningkatan air laut. Sebab, ada berbagai indikator yang harus diperhitungkan dan metode ilmiah, yang diterapkan secara berbeda-beda.

Akan tetapi, mereka memiliki jawaban yang sama: bahwa benar adanya kenaikan air laut akibat penurunan jumlah es di kutub. Berbagai metode itu digunakan untuk memproyeksikan, seberapa jauh air laut bisa menenggelamkan daratan ketika es terus mencair akibat perubahan iklim.

Karena hasil jawaban yang berbeda dalam membaca prediksi atau sejauh mana air laut akan menenggelamkan daratan, para ilmuwan menyebutnya sebagai ketidakpastian.

Sejak 1980-an, para peneliti menemukan adanya penurunan jumlah es di kutub, meleleh sebagai limpasan air di laut sekitarnya. Penelitian lain di One Earth tahun 2020 juga menegaskan bahwa hilangnya massa dari gletser dan lapisan es menjadi kontributor tahunan yang besar untuk kenaikan air laut. Suhu yang semakin memanas di atmosfer kutublah yang memicu pelelehan tersebut.

Pada tahun 2019, untuk mengatasi ketidakpastian dari berbagai macam hasil penelitian, IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) membuat proyeksi. Proyeksi itu dilakukan oleh para ilmuwan dari seluruh dunia.

Seekor beruang kutub menyeberangi lapisan es di Arctic Bay, Nunavut, Kanada. Ketika es mencair, keseimbangan ekosistem di kutub-kutub Bumi pun bergejolak. (Florian Ledoux)

Mereka memperkirakan bahwa peningkatan air laut akan mencapai 1,10 meter pada tahun 2100 dari titik awal di tahun 1950. Peningkatan terjadi jika pemanasan melebih empat derajat Celsius.

Namun, kenaikan air laut di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, kenaikan permukaan laut bisa mencapai 10-100 meter, jika es kutub dengan ketebalan 1000 meter mencair. Di negara lain, bisa berbeda.

Baca Juga: Sebelum Pemanasan Global, Bumi Mendingin atau Memanas? Masih Misteri

Baca Juga: Perubahan Iklim: Mana yang Benar? Pendinginan atau Pemanasan Global?

Baca Juga: Dunia Hewan: Fakta atau Mitos, Benarkah Tikus Sangat Suka Keju?

Baca Juga: Arktika Kehilangan Es Laut dengan Cepat, Sungai Atmosfer Penyebabnya?

Pasalnya, setiap kawasan memiliki perubahan volume air yang disebabkan faktor geologis. Misalnya, adanya cekungan samudra yang terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik.

Hal itu terjadi pada bumi. Lempeng tektonik mengakibatkan perubahan bentuk dan luas area cekungan di dasar samudra. Ketika superbenua terpecah, kerak bumi baru akan mekar, membuat kondisi sekitarnya jadi panas dan mengapung. Benua akan mengisi ruang pada cekungan, dan membuat muka air laut naik.

Ibaratnya, volume air di suatu kolam renang yang memiliki kedalaman berbeda. Di bagian dalam, yang biasanya dipakai untuk orang dewasa berenang, air akan lebih terisi lebih dulu. Sementara yang lebih dangkal, yang biasa dipakai untuk anak-anak, lebih surut ketika kolam renang sedang diisi.

Sementara, faktor luar Bumi juga berpengaruh sebagaimana yang dijelaskan oleh ahli geofisika Milutin Milanković. Siklus Milankovitch menjelaskan perubahan air laut disebabkan perubahan orbit bumi, seperti eksentrisitas--perubahan terhadap sudut kemiringan sumbu bumi, dan perubahan arah sumbu rotasi (presesi).

Milanković benar terkait siklusnya, walau sempat dilupakan banyak ahli. Bahkan, menyebutkan arah Bumi yang cenderung mendingin secara geologis. Namun, dampak siklus itu masih kalah dari pemanasan global antroposen (perubahan iklim yang disebabkan manusia).

Selain itu, bagaimana pun juga faktor penyebab kenaikan air laut pada dasarnya diperparah oleh aktivitas pemanasan global. Siklus Milanković, cekungan Bumi, dan ditambah pencarian es akibat suhu bumi yang kian memanas, kenaikannya tidak bisa dihindarkan.

Siapkah Anda memitigasi diri Anda dan masyarakat yang sangat terdampak dari fenomena ini?