Setelahnya, secara mengejutkan, para siswa tersebut mulai merobek tubuh gurunya kemudian mengambil jantung dan hati. Kembali ke sekolah, murid-murid memanggang dan memakan organ.
"Ini bukan kanibalisme karena kesulitan ekonomi, seperti saat masa-masa kelaparan,” ungkap XL Ding, pakar Revolusi Kebudayaan di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong kepada Hindustan Times.
"Kekacauan itu bukan disebabkan oleh alasan ekonomi belaka yang sudah pernah terjadi sebelumnya, melainkan disebabkan oleh peristiwa politik, kebencian politik, ideologi politik, ritual politik," tambah Ding.
Menurut Zheng Yi, seorang ilmuwan yang melakukan penelitian terperinci tentang topik tersebut menyebut bahwa, setidaknya 137 orang—mungkin ratusan lebih—tewas dan dimakan oleh kanibalis.
Tercatat dalam dokumen yang diselundupkan Zheng Yi ke Amerika Serikat, ada sekitar ribuan orang menjadi kanibalis dalam peristiwa paling berdarah yang pernah terjadi di Tiongkok.
Donald S. Sutton, seorang profesor di Universitas Carnegie Mellon, menerbitkan hasil penyidikan dalam Consuming Counterrevolution: The Ritual and Culture of Cannibalism in Wuxuan, Guangxi, China, May to July 1968, yang terbit di Comparative Studies in Society and History pada 1995.
"Orang-orang saling memakan, demikian pesan dari Guangxi selatan ke Peking pada awal musim panas 1968, saat fase kekerasan Revolusi Kebudayaan hampir berakhir," tulis Donald dalam jurnalnya.
Ia menambahkan, "Ketika bala bantuan milisi tiba di Wuxuan, sebagian dari mayat yang membusuk masih memenuhi pusat kota. Namun, tidak ada investigasi yang tepat dilakukan, karena daaerah ini adalah kabupaten di mana ketertiban telah diberlakukan dan para pemberontak telah dihancurkan."
Menurutnya, investasi baru dikirim ke tempat kejadian pada 1981–83. Tim investigasi menyusun daftar yang dimakan dan sejumlah biang keladi kanibalisme. "Lima belas orang dipenjara, dan 130 anggota dan kader partai didisiplinkan."
Baca Juga: Kehidupan Tragis Puyi, Kaisar Tiongkok Terakhir Sebagai Tawanan Soviet
Baca Juga: Kisah Toghon Temür, Pangeran Terbuang yang Jadi Kaisar Tiongkok