Nationalgeographic.co.id—Li Chen (810 — 859) dikenal Kaisar Xuanzong Dinasti Tang. Semasa hidupnya, Xuanzong bagaikan memiliki dua muka. Dari pangeran pemalu, ia menjadi kaisar Tiongkok yang disegani. Pemerintahannya membawa kemakmuran bagi rakyat Kekaisaran Tiongkok. Bahkan bisa dikatakan masa pemerintahan Xuanzong adalah era kejayaan terakhir Dinasti Tang (618-907).
Pangeran muda yang tidak dihargai dan kerap berpura-pura bodoh
Melansir dari China Fetching, Li Chen adalah putra ke-13 Kaisar Xianzong. Sedangkan ibunya hanyalah seorang pelayan dari seorang selir kekaisaran di istana.
Karena status ibunya yang rendah, Li Chen pendiam dan tidak mencolok. Penampilannya membuat banyak orang percaya bahwa dia acuh tak acuh dan mungkin tidak cerdas.
Setelah ayah Li Chen meninggal dunia, kakak laki-laki tertuanya dan ketiga putra dari saudara laki-laki ini menjadi kaisar secara berurutan.
Selama periode itu, banyak bangsawan dibunuh karena ketatnya persaingan memperebutkan takhta.
Oleh karena itu, Li Chen berbicara lebih sedikit kecuali kaisar memaksanya berbicara untuk menghibur orang lain. Ini dilakukan agar ia bebas dari upaya pembunuhan ahli waris.
Pangeran Li Chen yang kerap mengalami kecelakaan
Hampir semua orang di istana kekaisaran percaya jika Li Chen itu bodoh. Namun lain halnya dengan Li Yan, Kaisar Wuzong(814-846).
Kaisar Wuzong adalah seorang raja yang luar biasa dan cerdas. Ia mengetahui bahwa pamannya Li Chen hanya berpura-pura bodoh.
Setelah itu, Li Chen mengalami banyak "kecelakaan", seperti jatuh dari kuda atau dibiarkan tertidur di lapangan bersalju. Ia selalu bisa bertahan dan kembali ke istananya setelah semua kecelakaan kecil itu.
Ada desas-desus yang menyebutkan bahwa Kaisar Wuzong kemudian memerintahkan kasim untuk membunuh Li Chen secara diam-diam. Rupanya ia pun merasa posisinya terancam dengan keberadaan Li Chen. Namun alih-alih menuruti perintah kaisar, kasim ini membantu Li Chen melarikan diri ke kota lain. Sang kasim pun kemudian berbohong kepada Kaisar Wuzong.
Kasim berpikir bahwa pangeran yang bodoh itu kelak bisa menjadi "boneka" yang baik.
Penobatan Li Chen menjadi Kaisar Xuanzong dengan dukungan kasim
Tidak lama, Kaisar Wuzong meninggal dunia dan beberapa kasim yang kuat mendukung Li Chen menjadi kaisar berikutnya.
Li Chen tidak memiliki sekutu politik sehingga membuat kasim percaya bahwa pangeran bodoh itu akan mudah dikendalikan. Bandingkan dengan putra Kaisar Wuzong dengan ibu suri dan klannya yang kuat.
Li Chen naik takhta ketika dia berusia 36 tahun. Ironisnya, ia menjadi kaisar karena tidak memiliki ibu yang mulia dengan klan yang kuat. Para kasim menganggapnya sebagai kaisar dengan kemauan lemah, pemalu, pendiam, dan tidak cerdas. Tentu saja, semua orang di istana berharap dapat memanipulasi Kaisar Xuanzong yang baru naik takhta itu.
Harapan tinggal harapan. Kaisar Xuanzong segera berubah menjadi kaisar yang tegas, cerdas, dan kuat. Ia pun segera mengambil langkah pertama setelah naik ke tampuk kekuasaan.
Mengambil otoritas dan mengalahkan musuh politik
Dia menunjukkan rasa terima kasih kepada para kasim yang mendukungnya untuk mendapatkan takhta. Di saat yang sama, Xuanzong juga dengan cerdas membatasi kekuasaan dan pekerjaan kasim pendukungnya. Sedangkan untuk kasim lainnya, dia melepaskan otoritas mereka secara bertahap.
Sementara itu, dia mengakhiri konflik parsial yang intens dengan menghapus menteri yang paling berkuasa tepat setelah naik takhta. Saat itu, Kaisar Xuanzong dengan cepat memegang kekuasaan terpusat di tangannya tanpa kekerasan tetapi sangat efisien.
Orang-orang pun menyadari bahwa kepolosan Xuanzong membodohi mereka untuk waktu yang lama. Ibu suri dan klannya, para kasim dan pejabat akhirnya mematuhi kaisar baru ini sebelum mendapat kesempatan untuk melawan.
Pemerintahan Kaisar Xuanzong yang luar biasa
Kaisar Xuanzong sangat percaya pada Ujian Kekaisaran. Ia meningkatkan jumlah pejabat yang dipilih melalui ujian pemerintahnya.
Kaisar akan mewawancarai setiap gubernur provinsi sebelum mereka menjabat. Gubernur yang tidak memenuhi syarat akan segera diturunkan.
Selain itu, dia sangat menghormati para menterinya yang cerdas. Para menteri diperlakukan dengan hormat selama mereka berperilaku baik dan berkontribusi. Tetap saja, bagi orang yang melanggar hukum, Xuanzong akan menghukum mereka tanpa ampun. Tidak peduli betapa dia menyukai mereka sebelumnya.
Sang kaisar juga memulihkan sebagian besar tanah Dinasti Tang yang hilang. Ia pun berhasil membawa warga sipil hidup damai dan makmur.
Kaisar membatalkan banyak kebijakan destruktif terhadap Buddhisme yang diterapkan oleh keponakannya, Kaisar Wuzong. Ia yang memulihkan Buddhisme dan memastikan kebijakan kebebasan beragama di bawah pemerintahannya.
Kaisar yang baik hati
Karena ibunya adalah seorang pembantu sebelumnya, Xuanzong selalu baik kepada semua pelayan di istananya. Ia bisa mengingat nama dan pekerjaan mereka serta memastikan semua pekerja dirawat dan dibayar dengan baik.
Di sisi lain, sang kaisar terkenal sangat disiplin diri dan keras terhadap keturunan dan selirnya. Suatu kali, dia menerima penyanyi yang menakjubkan sebagai hadiah upeti dan membawanya sebagai selir.
Namun setelah menyadari bahwa ia terlalu tertarik pada kecantikan dan bakatnya, Xuanzong mengeksekusinya. Ia tidak ingin mengulangi kisah sedih Kaisar Li Longji dan selir kesayangannya Yang Yuhuan.
Kaisar Xuanzong juga merupakan seorang penyair dan ahli kaligrafi yang baik. Ia meninggalkan banyak mahakarya.
Ahli waris tidak kompeten yang membawa dinasti ke jurang kehancuran
Kaisar Xuanzong selalu menyukai putra keempatnya dan ingin mencalonkannya sebagai ahli waris. Namun, putra pertamanya harus menjadi putra mahkota sesuai aturan.
Oleh karena itu, Xuanzong tidak pernah mengambil keputusan sehingga memberi banyak orang waktu dan kesempatan untuk memilih pihak.
Baca Juga: Shunzhi, Kaisar Tiongkok dari Dinasti Qing yang Hilang Misterius
Baca Juga: Kehidupan Tragis Puyi, Kaisar Tiongkok Terakhir Sebagai Tawanan Soviet
Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang Mengubur Hidup-Hidup Cendekiawan
Baca Juga: Kubilai Khan, Kaisar Tiongkok Pertama yang Berasal dari Suku Nomaden
Setelah Xuanzong meninggal, pendukung putra pertamanya mengalahkan yang keempat. Sayangnya, putra dan cucu pertamanya, dua kaisar setelah Xuanzong, adalah kaisar yang tidak bertanggung jawab dan tidak kompeten. Mereka hanya menghabiskan waktu menikmati hidup dan tidak memiliki kemampuan politik.
Pemerintahan kedua kaisar ini (859-888) secara dramatis menurunkan era kejayaan Dinasti Tang. Mereka menciptakan masalah yang parah. Bahkan sepeninggal Kaisar Xuanzong, kelompok kasim yang kuat memanipulasi pemerintah pusat. Panglima perang yang kuat yang terus menduduki lebih banyak tanah di daerah perbatasan.
Ketika Kaisar Li Ye naik takhta, usaha dan ambisinya tidak dapat membuat perubahan yang signifikan.
Pemerintahan Kaisar Xuanzong dianggap sebagai era keemasan Dinasti Tang. Sayangnya, Kekaisaran Tiongkok di tangan putra pertama dan cucunya justru mengalami penurunan. Kerja keras Xuanzong dinodai oleh kebodohan penerusnya yang perlahan menuntun Dinasti Tang ke kehancuran.
Meski begitu, Kaisar Xuanzong terus dikenang sebagai pangeran pemalu yang menjadi Kaisar Tiongkok yang hebat.