Baca Juga: Beda Praktik Homoseksualitas Era Romawi Kuno dan Zaman Modern
Baca Juga: Apa Pendapat Muslim di Negara Eropa Barat Tentang Homoseksualitas?
Baca Juga: Menelusuri Fakta Transgender Bukanlah Sebuah Penyakit Mental
Para peneliti menemukan sikap ini sebagai tidak adanya pengakuan dan perlindungan hukum bagi minoritas seksual di tingkat nasional, meningkatkan prasangka seksual di antara sekutu dan pemberi stigma terhadap mereka.
“Dengan tidak adanya perlindungan hukum, orang-orang yang menerima sepenuhnya ini mungkin berpikir bahwa mereka dapat ditolak jika mereka bergaul dekat dengan kaum gay,” kata Davoudpour.
“Mungkin, mereka menggunakan ini sebagai semacam mekanisme pertahanan. 'Aku tidak bisa terlihat bersamamu karena aku mungkin akan dipecat. Kalau saya tidak menghukum Anda, mereka yang akan menghukum saya’,” terangnya.
Hasil penelitian ini diungkap dengan pemeriksaan data dari 113 negara dengan berbagai tingkat inklusi hukum untuk minoritas seksual. Lebih dari 500 ribu responden sruvei menyatakan prasangka mereka terhadap minoritas seksual dari tingkat "tidak menerima homoseksual" hingga "menerima sepenuhnya".
Hasilnya 55.523 responden yang menjawab "menerima sepenuhnya". Namun, 4.714 responden dari yang mengaku menerima, justru tidak menginginkan tetangga homoseksual.
“Sementara kekuatan pengecualian hukum dalam stigmatisasi tidak dapat disangkal, dampaknya terhadap perilaku sekutu belum pernah dieksplorasi," terang Davoudpour mengenai mengapa penelitian ini dilakukan.