Kemunculan dan Runtuhnya Janissari, Pasukan Elite Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 8 Maret 2023 | 16:00 WIB
Janissari sangat terlatih dalam memanah dan pertarungan individu. (lordofthecraft.net)

Nationalgeographic.co.id—Mendengar gemuruh genderang yang khas dari pasukan elite Ottoman, boleh jadi akan membuat ketar-ketir hati musuh di medan perang. Ialah Janissari, angkatan bersenjata elite Kekaisaran Ottoman yang paling ditakuti di Eropa dan sekitarnya selama berabad-abad.

Selama akhir Abad Pertengahan, Janissari muncul sebagai salah satu kekuatan militer paling kuat di dunia. Janissari adalah pejuang paling terlatih yang pernah dilihat Eropa dan Timur Tengah sejak zaman Kekaisaran Romawi.

Jumlah mereka mencapai 200.000. Setiap orang dari mereka telah dipersiapkan sejak usia dini untuk membela kepentingan politik Kekaisaran Ottoman yang sedang berkembang.

Sebagian besar prajurit diambil dari rumah tangga Kristen di usia muda, masuk Islam, dan kemudian dipaksa berlatih selama bertahun-tahun. Janissari hanya setia kepada sultan, meskipun pada dasarnya mereka diperbudak, namun mereka mendapat kompensasi yang baik berupa layanan.

Tetapi militer Janissari mungkin juga memastikan bahwa pengaruh politik mereka akan terus menjadi ancaman bagi kekuasaan sultan sendiri. Inilah yang akhirnya menyebabkan pembubaran pasukan elit, serta diikuti pemberontakan massal di awal abad ke-19.

Asal Usul Janissari

Anggota Janissari direkrut melalui sistem pajak darah kuno yang dikenal sebagai devşirme di mana anak laki-laki Kristen berusia antara delapan dan 10 tahun diambil dari keluarga mereka. (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Sejarah Janissari dimulai pada abad ke-14, ketika Kesultanan Utsmaniyah menguasai sebagian besar wilayah Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Eropa.

Kerajaan Islam tersebut didirikan sekitar tahun 1299 oleh seorang pemimpin suku Turki dari Anatolia — sekarang Turki modern — bernama Osman I. Di bawah kepemimpinan penerusnya, wilayah Kekaisaran Ottoman segera membentang dari sebagian Asia sampai ke Afrika Utara.

Di antara penerus Osman adalah Sultan Murad I, yang memerintah kekaisaran dari tahun 1362 hingga 1389.

Dikutip dari BBC, di bawah pemerintahannya, sistem pajak darah yang dikenal sebagai devşirme, atau "pengumpulan", dipungut di wilayah Kristen yang ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman.

Pajak tersebut melibatkan otoritas Ottoman untuk mengambil anak laki-laki Kristen berusia delapan tahun dari orang tua mereka, terutama keluarga di Balkan, untuk bekerja sebagai budak.