Fosil Spesies Baru Reptil Mirip Buaya Raksasa Ditemukan di India

By Ricky Jenihansen, Minggu, 12 Maret 2023 | 07:00 WIB
Rekonstruksi kehidupan spesies phytosaur yang disebut Protome batalaria.
Rekonstruksi kehidupan spesies phytosaur yang disebut Protome batalaria. (Smokeybjb)

Nationalgeographic.co.id—Fosil dari Genus dan spesies baru reptil mirip buaya raksasa dilaporkan telah ditemukan di India. Para ahli paleontology dari Indian Institute of Technology telah mendeskripsikan fosil tersebut dan dinamakan Colossosuchus techniensis.

Spesies baru tersebut menjelajahi planet kita selama zaman Trias Atas, antara 235 dan 208 juta tahun yang lalu.

Era tersebut dimulai pada 252 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Permian, dan berakhir pada 201 juta tahun yang lalu, ketika periode tersebut digantikan oleh periode Jura.

Hewan purba itu adalah jenis phytosaurus (famili Phytosauridae), kelompok reptil besar mirip buaya semiakuatik yang telah punah.

Phytosaurus adalah kelompok reptil semiakuatik yang telah punah yang memiliki tubuh keras lapis baja. Hewan ini bukanlah dinosaurus, meski namanya terdengar mirip.

Terlepas dari kesamaan yang kuat antara fitosaurus dan buaya, kedua kelompok tersebut tidak terkait erat.

Phytosaurus diperkirakan berevolusi sebelum dinosaurus dan buaya terpisah. Beberapa fitosaurus berevolusi menjadi hewan mirip buaya, dengan moncong panjang dan ramping yang dipenuhi gigi tajam yang sempurna untuk menangkap mangsa yang licin.

Temuan tersebut telah dideskripsikdan dalam jurnal Papers in Palaentology belum lama ini. Makalah tersebut bisa diperoleh secara daring dengan judul "A giant phytosaurs (Diapsida, Archosauria) from the Upper Triassic of India with new insights on phytosaur migration, endemism and extinction."

"Analisis filogenetik memasukan Colossosuchus techniensis dan spesimen lain yang belum terdeskripsikan dari India di dalam Mystriosuchinae," kata ahli paleontologi Institut Teknologi India Debajit Datta dan Sanghamitra Ray.

Colossosuchus techniensis spesies baru reptil raksasa mirip buaya dari India.
Colossosuchus techniensis spesies baru reptil raksasa mirip buaya dari India. (Debajit Datta & Sanghamitra Ray)

Analisis tersebut pendekatan yang memfokuskan pada evolusi dan hubungannya dengan kelompok organisme. "Ini membentuk klad yang berbeda dan mewakili catatan endemisme paling awal di antara fitosaurus Gondwana."

Klad ini dipulihkan sebagai spesies saudara dari Volcanosuchus + Rutiodon + Leptosuchomorpha, di mana fenestra supratemporal (bagian atas tulang temporal) yang tertekan pertama kali muncul dalam garis keturunan phytosaurus.

Itu fitur yang sebelumnya digunakan untuk mendiagnosis turunan leptosuchomorph, salah satu klad dari phytosaurus.

Sisa-sisa fosil Colossosuchus techniensis ditemukan di Formasi Tiki, yang terletak di Rewa Gondwana Basin di India.

Baca Juga: Jutaan Tahun Lalu Burung Predator Raksasa Pernah Meneror Bumi

Baca Juga: Mengapa di Bumi Ini Tak Ada Hewan Raksasa Lagi Seperti Dulu?

Baca Juga: Bagaimana Burung Mendapatkan Sayap? Asal-usulnya Ada Pada Dinosaurus

Bonebed menghasilkan 27 spesimen tengkorak dan rahang dan sekitar 339 sisa-sisa postcranial (kerangka kepala) sesuai dengan minimal 21 individu hewan, terutama remaja dan sub-dewasa.

"Total panjang tubuh individu terbesar yang ditemukan dari bonebed diperkirakan lebih dari 8 meter, menunjukkan bahwa Colossosuchus techniensis adalah salah satu fitosaurus terbesar yang diketahui," kata para peneliti.

Selain Colossosuchus techniensis, setidaknya dua spesies phytosaurus lainnya hidup pada waktu yang sama di berbagai bagian India.

“Diversifikasi phytosaurus yang menyimpang lebih awal mungkin bertepatan dengan tahap akhir dari Peristiwa Pluvial Carnian (CPE) dengan kemungkinan rute migrasi mereka di sepanjang garis pantai mengelilingi-Tethyan,” kata para ilmuwan.

Garis keturunan terus berkembang sebagian besar melalui radiasi endemik dan mengalami peristiwa kepunahan selama zaman Norian Awal periode Triassic, yang menandai hilangnya sebagian besar spesies non-leptosuchomorph.

“Ini dikaitkan dengan aridifikasi (degradasi wilayah) pasca-CPE, meskipun diperlukan lebih banyak studi.”