Nationalgeographic.co.id—Ketika membayangkan pria dari era Kekaisaran Tiongkok, yang muncul di benak mungkin seseorang dengan janggut dan kumis panjang. Sebelum awal abad ke-20, hampir semua pria di Tiongkok kuno memelihara kumis dan janggut. Janggut lebat dulunya menjadi standar penting untuk menilai ketampanan pria di masa itu.
Dalam bahasa Tionghoa modern, janggut, kumis dan cambang bisa disebut húxū atau húzi. Tetapi pada zaman kuno, rambut yang tumbuh di berbagai bagian wajah memiliki nama yang berbeda. Disebut zī jika tumbuh dari bibir atas, rán jika tumbuh di sisi wajah, dan janggut di dagu dikenal sebagai xū.
Janggut simbol ketampanan seorang pria Tionghoa
Teks sejarah berisi banyak deskripsi tentang penampilan pria yang berfokus pada janggut. “Tidak jarang, janggut menjadi bukti ketampanan mereka,” tulis Sun Jiahui di laman The World of Chinese.
Dalam “Moshangsang” sebuah puisi rakyat yang dibuat di masa Dinasti Han, pahlawan wanita Lu Fu memuji ketampanan suaminya. Lufi mengatakan, “Dia memiliki kulit yang cerah dan janggut panjang.”
Dalam Catatan Tiga Kerajaan, sebuah catatan sejarah Dinasti Jin, sarjana Cui Yan digambarkan memiliki “janggut empat chi dan penampilan yang bermartabat.” Janggut itu memberinya reputasi bak seorang bintang. Satu chi kira-kira sama dengan 20 sampai 30 sentimeter.
Pemilik janggut paling terkenal dalam sejarah Tiongkok kemungkinan besar adalah Guan Yu, jenderal militer legendaris dari era Tiga Kerajaan (220 – 280). Salah satu nama panggilan Guan lainnya adalah “Pria Berjanggut Indah”. Konon sang jenderal memiliki janggut sepanjang dua chi (60 sentimeter).
Berkat novel klasik Romance of the Three Kingdoms, hampir setiap orang Tionghoa akrab dengan citra Guan yang berjanggut. Dalam kisah tersebut, panglima perang Cao Cao bahkan mengirimi Guan sebuah penutup janggut yang dirajut. Dikenal sebagai rannang, fungsinya adalah melindungi janggutnya yang panjang.
Janggut terpanjang dalam sejarah Tiongkok mungkin dimiliki oleh Xie Lingyun, seorang penyair terkenal yang lahir di Dinasti Jin Timur (317 – 420). Menurut koleksi esai Lima Aneka Persembahan, janggut Xie sangat panjang hingga mendekati tanah.
Menurut cerita pendek Catatan Peristiwa Aneh , sebelum Xie dieksekusi karena pengkhianatan, dia memotong janggut panjangnya. Janggutnya itu kemudian disumbangkannya ke Kuil Qihuan di Guangzhou. Belakangan, janggutnya digunakan untuk menghiasi patung berjanggut Bodhisattva Vimalakirti dan disimpan hingga zaman Dinasti Tang.
Bahkan janggut bisa memengaruhi karier seseorang
Terkadang, janggut pria bahkan bisa memengaruhi kariernya. Menurut catatan Dinasti Qing, seorang pejabat Xu Zhigao diangkat sebagai perdana menteri Wu Selatan pada abad ke-10. Saat itu, dia minum obat untuk memutihkan janggut dan rambutnya. Xu takut jika janggut hitamnya yang lebat akan membuatnya terlihat terlalu muda di mata rekan-rekannya dan publik.