Ketika Janggut Jadi Simbol Ketampanan Pria di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 10 Maret 2023 | 16:00 WIB
Di zaman Kekaisaran Tiongkok, janggut menjadi simbol ketampanan dan cerminan energi. Bahkan tidak jarang, janggut panjang bisa memengaruhi karier seseorang. (Kevinsmithnyc)

Nationalgeographic.co.id—Ketika membayangkan pria dari era Kekaisaran Tiongkok, yang muncul di benak mungkin seseorang dengan janggut dan kumis panjang. Sebelum awal abad ke-20, hampir semua pria di Tiongkok kuno memelihara kumis dan janggut. Janggut lebat dulunya menjadi standar penting untuk menilai ketampanan pria di masa itu.

Dalam bahasa Tionghoa modern, janggut, kumis dan cambang bisa disebut húxū atau húzi. Tetapi pada zaman kuno, rambut yang tumbuh di berbagai bagian wajah memiliki nama yang berbeda. Disebut jika tumbuh dari bibir atas, rán jika tumbuh di sisi wajah, dan janggut di dagu dikenal sebagai .

Janggut simbol ketampanan seorang pria Tionghoa

Teks sejarah berisi banyak deskripsi tentang penampilan pria yang berfokus pada janggut. “Tidak jarang, janggut menjadi bukti ketampanan mereka,” tulis Sun Jiahui di laman The World of Chinese.

Dalam “Moshangsang” sebuah puisi rakyat yang dibuat di masa Dinasti Han, pahlawan wanita Lu Fu memuji ketampanan suaminya. Lufi mengatakan, “Dia memiliki kulit yang cerah dan janggut panjang.”

Dalam Catatan Tiga Kerajaan, sebuah catatan sejarah Dinasti Jin, sarjana Cui Yan digambarkan memiliki “janggut empat chi dan penampilan yang bermartabat.” Janggut itu memberinya reputasi bak seorang bintang. Satu chi kira-kira sama dengan 20 sampai 30 sentimeter.

Pemilik janggut paling terkenal dalam sejarah Tiongkok kemungkinan besar adalah Guan Yu, jenderal militer legendaris dari era Tiga Kerajaan (220 – 280). Salah satu nama panggilan Guan lainnya adalah “Pria Berjanggut Indah”. Konon sang jenderal memiliki janggut sepanjang dua chi (60 sentimeter).

Berkat novel klasik Romance of the Three Kingdoms, hampir setiap orang Tionghoa akrab dengan citra Guan yang berjanggut. Dalam kisah tersebut, panglima perang Cao Cao bahkan mengirimi Guan sebuah penutup janggut yang dirajut. Dikenal sebagai rannang, fungsinya adalah melindungi janggutnya yang panjang.

Janggut terpanjang dalam sejarah Tiongkok mungkin dimiliki oleh Xie Lingyun, seorang penyair terkenal yang lahir di Dinasti Jin Timur (317 – 420). Menurut koleksi esai Lima Aneka Persembahan, janggut Xie sangat panjang hingga mendekati tanah.

Menurut cerita pendek Catatan Peristiwa Aneh , sebelum Xie dieksekusi karena pengkhianatan, dia memotong janggut panjangnya. Janggutnya itu kemudian disumbangkannya ke Kuil Qihuan di Guangzhou. Belakangan, janggutnya digunakan untuk menghiasi patung berjanggut Bodhisattva Vimalakirti dan disimpan hingga zaman Dinasti Tang.

Bahkan janggut bisa memengaruhi karier seseorang

Terkadang, janggut pria bahkan bisa memengaruhi kariernya. Menurut catatan Dinasti Qing, seorang pejabat Xu Zhigao diangkat sebagai perdana menteri Wu Selatan pada abad ke-10. Saat itu, dia minum obat untuk memutihkan janggut dan rambutnya. Xu takut jika janggut hitamnya yang lebat akan membuatnya terlihat terlalu muda di mata rekan-rekannya dan publik.

Di Dinasti Song, pejabat terkenal Kou Zhun melakukan hal yang sama sebelum menjadi perdana menteri.

Ada cerita lain yang dikenal luas tentang janggut Kou, yang bahkan melahirkan idiom yang masih digunakan sampai sekarang. Menurut History of Song, Kou pernah makan malam bersama dengan wakil perdana menteri Ding Wei, seorang pejabat pengkhianat yang terkenal. Saat itu sup tidak sengaja tumpah ke janggut Kou.Untuk menyenangkan Kou, Ding segera berdiri dan menyeka sup itu dengan lengan bajunya sendiri.

Pemilik janggut paling terkenal dalam sejarah Tiongkok kemungkinan besar adalah Guan Yu, jenderal militer legendaris dari era Tiga Kerajaan. Memiliki janggut sepanjang 60 sentimeter, ia dikenal dengan sebutan pria berjanggut indah. (SifaV)

Tapi Kou tidak tergerak melihat usaha Ding untuk menyanjungnya. Jadi Kou bertanya dengan sinis, “Apakah seorang pejabat yang menangani urusan pemerintahan seharusnya menyeka janggut atasannya?” Sejak itu, istilah liū xū atau menyeka janggut digunakan. Istilah itu bisa diartikan sebagai seorang penjilat.

Janggut cerminan energi dan kekuatan

Dalam pengobatan Tiongkok kuno, janggut panjang diyakini sebagai cerminan energi dan kekuatan. Dalam Miraculous Pivot, teks medis yang diyakini ditulis pada periode Negara-Negara Berperang, disebutkan bahwa:

Baca Juga: Kangxi, Kaisar Tiongkok Luar Biasa yang Paling Lama Berdaulat

Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Xianzong Tidak Punya Ratu, tapi Haremnya Banyak

Baca Juga: Akibat Ramuan Keabadian, Kaisar Tiongkok Jiajing Hampir Dibunuh Harem

Baca Juga: Cara Nyeleneh para Harem Kekaisaran Tiongkok Menurunkan Berat Badan

“Jika seorang pria memiliki banyak darah dan qi, dia akan memiliki janggut panjang yang indah. Jika dia kekurangan darah tetapi memiliki banyak qi, janggutnya akan pendek. Jika dia memiliki cukup darah tetapi kekurangan qi, janggutnya akan jarang. Jika dia kekurangan darah dan qi, dia tidak akan berjanggut.”

Berbeda dengan pria modern yang rutin bercukur, pria Tionghoa kuno tidak mencukur janggutnya. Ini sesuai dengan ajaran Konfusius yang bunyinya:

“Tubuh, rambut, dan kulit kita diberikan oleh orang tua kita dan kita tidak boleh merusaknya begitu saja. Itu adalah langkah pertama dari bakti”.

Di masa Dinasti Qin, mencukur paksa janggut pria bahkan diberikan sebagai hukuman untuk kejahatan ringan.

Kini, janggut panjang yang pernah jadi tren di Kekaisaran Tiongkok sudah jarang ditemukan di Tiongkok modern.