Ketika Janggut Jadi Simbol Ketampanan Pria di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 10 Maret 2023 | 16:00 WIB
Di zaman Kekaisaran Tiongkok, janggut menjadi simbol ketampanan dan cerminan energi. Bahkan tidak jarang, janggut panjang bisa memengaruhi karier seseorang. (Kevinsmithnyc)

Di Dinasti Song, pejabat terkenal Kou Zhun melakukan hal yang sama sebelum menjadi perdana menteri.

Ada cerita lain yang dikenal luas tentang janggut Kou, yang bahkan melahirkan idiom yang masih digunakan sampai sekarang. Menurut History of Song, Kou pernah makan malam bersama dengan wakil perdana menteri Ding Wei, seorang pejabat pengkhianat yang terkenal. Saat itu sup tidak sengaja tumpah ke janggut Kou.Untuk menyenangkan Kou, Ding segera berdiri dan menyeka sup itu dengan lengan bajunya sendiri.

Pemilik janggut paling terkenal dalam sejarah Tiongkok kemungkinan besar adalah Guan Yu, jenderal militer legendaris dari era Tiga Kerajaan. Memiliki janggut sepanjang 60 sentimeter, ia dikenal dengan sebutan pria berjanggut indah. (SifaV)

Tapi Kou tidak tergerak melihat usaha Ding untuk menyanjungnya. Jadi Kou bertanya dengan sinis, “Apakah seorang pejabat yang menangani urusan pemerintahan seharusnya menyeka janggut atasannya?” Sejak itu, istilah liū xū atau menyeka janggut digunakan. Istilah itu bisa diartikan sebagai seorang penjilat.

Janggut cerminan energi dan kekuatan

Dalam pengobatan Tiongkok kuno, janggut panjang diyakini sebagai cerminan energi dan kekuatan. Dalam Miraculous Pivot, teks medis yang diyakini ditulis pada periode Negara-Negara Berperang, disebutkan bahwa:

Baca Juga: Kangxi, Kaisar Tiongkok Luar Biasa yang Paling Lama Berdaulat

Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Xianzong Tidak Punya Ratu, tapi Haremnya Banyak

Baca Juga: Akibat Ramuan Keabadian, Kaisar Tiongkok Jiajing Hampir Dibunuh Harem

Baca Juga: Cara Nyeleneh para Harem Kekaisaran Tiongkok Menurunkan Berat Badan

“Jika seorang pria memiliki banyak darah dan qi, dia akan memiliki janggut panjang yang indah. Jika dia kekurangan darah tetapi memiliki banyak qi, janggutnya akan pendek. Jika dia memiliki cukup darah tetapi kekurangan qi, janggutnya akan jarang. Jika dia kekurangan darah dan qi, dia tidak akan berjanggut.”

Berbeda dengan pria modern yang rutin bercukur, pria Tionghoa kuno tidak mencukur janggutnya. Ini sesuai dengan ajaran Konfusius yang bunyinya:

“Tubuh, rambut, dan kulit kita diberikan oleh orang tua kita dan kita tidak boleh merusaknya begitu saja. Itu adalah langkah pertama dari bakti”.

Di masa Dinasti Qin, mencukur paksa janggut pria bahkan diberikan sebagai hukuman untuk kejahatan ringan.

Kini, janggut panjang yang pernah jadi tren di Kekaisaran Tiongkok sudah jarang ditemukan di Tiongkok modern.