Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Tiongkok kerap mendapatkan serangan dari suku-suku nomaden di perbatasan. Berkat ketangguhan pasukannya, sebagian Kaisar Tiongkok mampu memukul mundur musuh. Namun tidak jarang yang mengalami kegagalan. Seperti yang terjadi pada Dinasti Song. Sejumlah petaka, termasuk pemberontakan suku nomaden, mengakhiri kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok.
Dinasti Song didirikan oleh Kaisar Zhao Kuangyin pada tahun 960. Dinasti ini berakhir untuk pertama kalinya pada Insiden Jingkang (1126 — 1127).
Dalam Insiden Jingkang, Dinasti Jurchen Jin menangkap Kaisar Tiongkok dari Dinasti Song. Bersama kaisar, bangsawan, pejabat, dan warga sipil juga turut ditawan oleh suku nomaden itu. Setelah perang dahsyat ini, Song kehilangan wilayah yang luas di utara dan banyak rakyat.
Seorang pangeran bernama Zhao Gou (1107 — 1187) membangun kembali Dinasti Song di selatan. Selama pemerintahannya, Zhao Gou berusaha untuk tidak berhadapan dengan Jurchen Jin yang kejam itu.
Namun, pengikut setia Dinasti Song yang tersisa berharap bisa merebut kembali wilayah dan martabat Song.
Oleh karena itu, sejak Kaisar Zhao Shen (1127 — 1194), membalas dendam pada Jurchen Jin menjadi tujuan utama. Sayangnya, mereka kerap menghadapi kegagalan.
Bersekutu dengan Mongol untuk mengalahkan Jurchen Jin
Sejak Genghis Khan membangun Kekaisaran Mongol pada 1206, ia terus memperluas wilayahnya. Dengan bakat militernya yang luar biasa, Mongol mulai menyerang Jurchen Jin.
Setelah itu, Song, Jin, dan Mongol berperang atau bersekutu dalam beberapa tahun berikutnya ketika situasi terus berubah.
“Pada 1234, Dinasti Song dan Mongol bersekutu dan akhirnya membinasakan Dinasti Jurchen Jin,” ungkap Gloria Lotha di laman Britannica. Akhirnya, Dinasti Song memulihkan banyak wilayah yang hilang dan menyelesaikan balas dendam mereka.
Tetapi rupanya Dinasti Song tidak bisa bersantai atau hidup damai. Kaisar Song terus menghadapi perang dan selanjutnya, mereka berperang dengan Mongol.
Perang tak berujung antara Dinasti Song dan Mongol