Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 3 April 2023 | 14:00 WIB
Sejumlah petaka yang dialami oleh Dinasti Song mengakhiri kekuasaannya di Kekaisaran Tiongkok. Salah satunya adalah serangan suku nomaden. (Rolf Müller/ Summer Palace)

Pada tahun 1273, Kubilai menyatukan pasukannya dan memusatkan serangan di kota Fancheng yang lebih kecil. Setelah serangkaian perang hebat, tembok kota runtuh.

Para komandan Dinasti Song dan ratusan prajuritnya yang tersisa terus bertempur di jalan-jalan. Mereka semua terluka dan kemudian melompat ke dalam api besar. Pada akhirnya, tentara Mongol membantai semua orang di kota itu.

Xiangyang adalah kota terpencil tanpa bala bantuan atau sumber daya lebih lanjut. Namun seorang komandan Song terus berjuang untuk menyelamatkan dinasti dan Kekaisaran Tiongkok. Komandan Lu tidak segan menyingkirkan rekannya yang membujuknya untuk menyerah.

Kubilai kemudian mengirim jenderal lain untuk bernegosiasi dengan Lu. Lu mengatakan bahwa perang sengit selama 6 tahun telah menunjukkan kesetiaannya kepada Song.

Kubilai berjanji jika Lu menyerah, dia akan diberi posisi tinggi. Semua orang di kota Xiangyang pun akan dilindungi. Pada akhirnya, Lu membuka gerbang Xiangyang dan menuruti Kubilai Khan.

Sejak 1235, perang yang memperebutkan kedua kota itu nyaris tidak berhenti. Sekitar 400.000 tentara tewas atau terluka dalam perang ini.

Akhir tragis bagi Dinasti Song

Dalam 6 tahun berikutnya setelah Kubilai menduduki Xiangyang, Dinasti Song terus kehilangan wilayahnya secara dramatis.

Perdana Menteri Jia terpaksa memimpin pasukan Song untuk mempertahankan kekaisaran. Itu karena ia terus membual dengan mengatakan bahwa ia komandan yang luar biasa dalam sejarah Tiongkok.

Alih-alih membela kekaisaran, Jia melarikan diri dari medan perang karena kepengecutannya. Dia meninggalkan 130.000 tentara Song tanpa komandan dan sumber daya yang diperlukan di medan perang. Sekali lagi, Dinasti Song menghadapi kerugian besar akibat pengkhianatan Jia.

Baca Juga: Penakut dan Enggan Bertakhta, Kaisar Tiongkok Qingzong Membawa Petaka

 Baca Juga: Kaisar Huizong, Si Pembawa Kehancuran bagi Rakyat Kekaisaran Tiongkok

 Baca Juga: Gaozong, Kaisar Tiongkok yang Harus Memilih Martabat atau Kedamaian

Baca Juga: Kehidupan Nyeleneh dan Penuh Warna Kaisar Tiongkok Zhengde dari Ming 

Tahun berikutnya setelah kekalahan besar ini, tentara Mongol mendekat ke luar ibu kota Song dan kaisar Song menyerah.

Sebelum ibu kota dibobol, beberapa pejabat dan jenderal setia Song mendukung saudara-saudara kaisar ini, berbaris ke selatan. Mereka mendirikan pemerintahan lain,dan terus berperang melawan Mongol.

3 tahun kemudian, kaisar terakhir Song dan rakyat mundur ke gunung di tepi laut di selatan Tiongkok. Setelah berbulan-bulan pertempuran intensif, mereka gagal. Sekitar 100.000 hingga 200.000 jenderal, tentara, dan warga sipil setia Dinasti Song tewas atau bunuh diri.

Kaisar Song terakhir, menteri yang setia, dan sekitar 800 anggota kekaisaran melompat ke laut dan bunuh diri. Setelah perang terakhir itu, tubuh yang tak terhitung jumlahnya mengambang di laut. Tubuh tak bernyawa itu mengungkapkan akhir tragis dan epik dari Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok.