Lalu kertas pun ditemukan. Kertas awal ini terbuat dari rami, serat kulit kayu, kain dan bahkan jaring ikan. Seiring waktu, pembuat kertas di Kekaisaran Tiongkok menyempurnakan prosesnya. Akhirnya kertas sampai ke Asia Tenggara dan Korea, dan pada pertengahan abad kedelapan Masehi. itu muncul di antara peradaban Arab di Timur Dekat.
Sementara itu, teknologi pembuatan segel juga terus berkembang. Ada dua jenis segel: relief atau intaglio (cetak dalam).
Segel relief mengukir impresi dengan menghilangkan semua materi selain yang membentuk citra negatif atau kebalikan dari simbol yang ingin dicetak. Sedangkan intaglio memerlukan proses yang berlawanan, yaitu mengukir citra negatif ke dalam materi.
Segel relief dapat digunakan untuk membuat kesan hitam pada latar belakang putih. Sedangkan dengan intaglio, semua area di sekitar karakter tertutup tinta sementara karakter itu sendiri tetap putih."Peningkatan teknologi pembuatan segel dikombinasikan dengan perkembangan kertas akhirnya membuka jalan bagi terciptanya pencetakan blok," Knight menambahkan lagi.
Kebutuhan untuk produksi teks secara massal
Kemudian pada abad ketujuh muncul elemen penting terakhir: kebutuhan untuk memproduksi teks secara massal. Ini muncul di antara biksu Buddha yang membutuhkan banyak salinan sutra atau tulisan suci mereka. Begitu besar kebutuhan mereka untuk menyebarkan informasi. Namun permintaan itu melebihi kemampuan mereka sendiri untuk membuat salinan dengan tangan.
Solusinya terbukti dengan pencetakan blok, yang melibatkan proses yang ditingkatkan dari cetakan segel sebelumnya.
Untuk membuat teks dengan cetakan balok, biksu menulis bahan yang akan disalin dengan tinta pada selembar kertas halus. Kemudian dia melapisi balok kayu dengan pasta beras dan dengan hati-hati merekatkan sisi lembaran yang tertulis ke balok kayu.
Konsistensi pasta sedemikian rupa sehingga, bila digunakan dengan benar, kertas tidak menempel pada balok tetapi karakter bertinta yang menempel. Ini meninggalkan gambar negatif pada kayu, memungkinkan pengukir memotong area tanpa tinta sehingga teks itu sendiri menonjol.
Selanjutnya pencetak menggunakan kuas untuk memberi tinta pada balok kayu berukir. Dan selagi tinta masih basah, sebarkan selembar kertas di atasnya. Dia kemudian menggosok bagian belakang lembaran dengan kuas, menyebabkan tinta membekas di atas kertas.
Teknik awal ini memiliki kelemahan yaitu hanya bisa mencetak pada satu sisi saja. Jika dilakukan di dua sisi kertas, teks tidak bisa dibaca. Selain itu, untuk mengukir balok kayu juga dibutuhkan kerja keras.
Terlepas dari kelemahan ini, metode baru ini merupakan peningkatan besar dari bentuk penyebaran teks sebelumnya. Alih-alih membutuhkan pekerjaan banyak biksu selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, produksi satu teks dapat dilakukan dalam hitungan minggu. Hasil kerja dapat didistribusikan ke ratusan atau ribuan biksu.