Simalakama Kekaisaran Ottoman Menjinakkan Vlad Dracula 'Sang Penyula'

By Ricky Jenihansen, Rabu, 15 Maret 2023 | 17:00 WIB
Vlad Dracula, Penguasa Wallachia yang menginspirasi karakteri fiksi dracula. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Vlad III atau dikenal sebagai Vlad Ţepeş atau Vlad Dracula adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448. Wallachia adalah kerajaan yang sekarang dikenal sebagai Rumania.

Vlad sangat terkenal di masanya karena merupakan penguasa yang bengis dan haus darah. Saat berkuasa, ia mendapatkan julukan "The Impaler" atau "Sang Penyula".

Ia mendapatkan julukannya karena senang menghukum orang dengan disula atau ditusuk. Saking melegendanya nama Vlad menginspirasi Bram Stoker, seorang penulis menggunakan namanya untuk judul buku karangannya pada tahun 1897.

Buku tersebut berjudul "Dracula" yang dalam bahasa Indonesia diubah menjadi Drakula. Fiksi yang menceritakan karakter vampir haus darah yang sosoknya terinpirasi dari Vlad yang haus darah.

Saat memerintah, Vlad tidak hanya terkenal karena kekejamannya, tapi juga dikenal anti dengan Kekaisaran Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah.

Sultan Murad II yang saat itu memimpin Kekaisaran Ottoman benar-benar kerepotan berusaha "menjinakkan" Vlad. Mereka butuh Vlad, tapi Vlad bertingkah dan sulit diatur.

Kekaisaran Ottoman membutuhkan Vlad untuk menguasai Wallachia. Hal itu karena, setelah naik takhta pada tahun 1436, Vlad digulingkan oleh faksi saingannya yang bersekutu dengan Hongaria, yaitu Vladislav II yang juga telah membunuh ayahnya.

Vladislaus Dracula, karya Nikolaus Ochsenbach pada 1600. Nama balakangnya Drăculea atau Dracula, merujuk 'anak sang naga'. Ayahnya, Vlad II Dracul, telah bergabung dengan Ordo Naga (Order of the Dragon). (Württembergische Landesbibliothek Stuttgart)

Vlad the Impaler, potongan kayu Jerman oleh Ambrosius Huber, 1499. (Britannica)

Kesultanan Utsmaniyah memberi jaminan kepada Vlad untuk mendapatkan takhtanya kembali, namun menjadi suzerenitas Ottoman di wilayah tersebut. Vlad harus membayar pajak kepada Ottoman sebagai gantinya.

Vlad juga sebenarnya didikan Ottoman saat masih muda. Ia diserahkan keluarganya untuk dididik dalam sains, filsafat, Islam dan bahasa Turki hingga sastra. Tapi Vlad benar-benar tidak senang berada di tangan Turki.

Vlad cemburu dengan adiknya Radu yang dianakemaskan kesultanan yang kemudian memeluk agama Islam. Radu juga diizinkan masuk ke pergaulan Kesultanan Utsmaniyah karena sikapnya yang baik dan ksatria.

Sementara adik Vlad bersahabat dengan anak Sultan Murad II, Mehmed II (kemudian dikenal dengan nama Al-Fatih atau "Sang Penakluk"), Vlad justru nanti akan menjadi pembenci. Mereka juga yang kemudian berperan dalam penaklukan konstatinopel nantinya.

Vlad dan adiknya didik oleh Sultan Murad II, tapi kemudian menjadi pembenci Kekaisaran Ottoman. (Public domain)

Hal itulah yang diduga kuat menjadi dasar Vlad begitu benci dengan Ottoman. Sementara Ottoman, bagaimanapun sangat membutuh Vlad meski sangat sulit diatur dan terus membangkang.

"Mereka (Vlad dan Radu) diperlakukan dengan cukup baik menurut standar saat ini," kata Elizabeth Miller kepada Live Science. Miller adalah seorang sejarawan penelitian dan profesor emeritus di Memorial University of Newfoundland di Kanada.

"Tetap saja, Vlad kesal, sedangkan saudaranya menyetujui dan pergi ke pihak Utsmani. Tapi Vlad memusuhi, dan saya pikir itu adalah salah satu faktor motivasinya untuk melawan Utsmani, membalas dendam dengan mereka karena telah menahannya."

Baca Juga: Lima Fakta Penting yang Kerap Terlewat tentang Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Cerita Gigi Hitam Elizabeth I & Persekutuan dengan Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Perang Siprus, Ketika Kekaisaran Ottoman Memerdekakan Jajahan Venesia

Baca Juga: Enderun Mektebi: Sekolah Istana Tersohor Sepanjang Kekaisaran Ottoman 

Saat jatuh dari kekuasaannya, Vlad mendapatkan dukungan dari gubernur-gubernur Ottoman untuk mengambil kembali takhtanya. Tentu Sultan mendukung Vlad agar Wallachia kembali menjadi wilayah kekuasaan Ottoman.

Pada Juli 1456, ketika pasukan Utsmaniyah dan Hungaria terkunci dalam pertempuran, Vlad memimpin pasukan kecil bangsawan yang diasingkan.

Tentara bayaran Hungaria dan Rumania melawan musuh lamanya Vladislav II di Târgoviște, menurut McNally dan Florescu dalam "Dracula, Prince of Many Face " (Little, Brown and Company, 1990).

"Dia puas membunuh musuh bebuyutannya dan pembunuh ayahnya dalam pertarungan jarak dekat," tulis mereka.

Vlad, yang telah memantapkan posisi anti-Ottomannya, dinyatakan sebagai pemimpin atau voivode Wallachia pada tahun 1456.

Tapi setelah berhasil kembali berkuasa, salah satu perintah bisnis pertamanya dalam peran barunya adalah berhenti membayar upeti tahunan kepada sultan Ottoman, tindakan mengakhiri perdamaian antara Wallachia dan Ottoman.