Mistisisme dan Sufisme di Kekaisaran Ottoman, Mulanya Dianggap Sesat

By Utomo Priyambodo, Rabu, 15 Maret 2023 | 16:00 WIB
Pengikut sekte mistis atau sufi Mevlevi di Kekaisaran Ottoman dikenal karena upacara berputar atau tarian berputar. Lewat upcara berputar ini, mereka berusaha untuk mencapai persatuan dengan yang ilahi. (PxHere)

Nationalgeographic.co.id—Mistisisme atau sufisme menjadi bagian yang erat dalam masyarakat Kekaisaran Ottoman. Bahkan aliran atau ajaran ini tetap eksis terlepas dari pendirian agama konservatif yang besar dan sistem pendidikan yang didasarkan pada Alquran dan hukum syariah di sana.

Dasar paham ini adalah gagasan bahwa ada jalan yang dapat dilalui seseorang untuk menjadi manusia sempurna atau orang suci. Bahkan, dalam banyak kasus, orang tersebu bisa mencapai penyatuan dengan kebenaran ilahi atau Tuhan.

Hal ini tentu saja berbeda dengan ajaran Islam ortodoks yang meyakini Tuhan adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Jadi, manusia tidak akan pernah bisa mencapai-Nya.

Orang-orang yang mengikuti jalan mistisisme pada mulanya dianggap sesat. Namun selama berabad-abad ajaran para sufi kemudian diterima. Bahkan anggota lembaga keagamaan bergabung dengan kelompok ini.

Dua aliran muncul, yakni mistisisme Iran berdasarkan ekstasi dan cinta ilahi dan mistisime Irak berdasarkan asketisme. Beberapa sekte mistisime kemudian juga muncul seiring penaklukan sebagian besar Anatolia oleh Turki Selçuk.

Sekte-sekte itu telah memantapkan diri di Anatolia pada tahun 1299 ketika Kekaisaran Ottoman, di bawah Osman, mulai berkembang dengan kekuatannya.

Setiap sekte memiliki jalur yang berbeda untuk mencapai kesempurnaan dengan serangkaian ritual, praktik, dan bahkan mengenakan pakaian yang berbeda termasuk tutup kepala mereka.

Setiap sekte, atau “tarekat,” dimulai dari satu guru dan biasanya memiliki lokasi pusat permanen mulai dari tempat orang tersebut berada. Praktisi utamanya adalah laki-laki, tetapi perempuan juga terlibat.

Beberapa sekte mistik menonjol di Kekaisaran Ottoman, antara lain Bektaşi, Halveti, Mevlevi, Rifai, Qadiri, Naqshbandi, dan Bayrami. Dari semua ini, penguasa Ottoman mungkin paling dekat dengan sekte Mevlevi, setidaknya sejak zaman Osman.

Adalah Mevlevi Syekh Edebali yang memberi Sultan Osman pedang yang kemudian dikenal sebagai Pedang Osman. Lalu setiap sultan setelah itu harus diikat dengan itu saat naik takhta.

Syekh Mevlevi yang memimpin tarekat pada saat itu akan dipanggil ke Istanbul dari Konya khusus untuk tujuan itu.

Baca Juga: Kemunculan dan Runtuhnya Janissari, Pasukan Elite Kekaisaran Ottoman