Nationalgeographic.co.id—Mistisisme atau sufisme menjadi bagian yang erat dalam masyarakat Kekaisaran Ottoman. Bahkan aliran atau ajaran ini tetap eksis terlepas dari pendirian agama konservatif yang besar dan sistem pendidikan yang didasarkan pada Alquran dan hukum syariah di sana.
Dasar paham ini adalah gagasan bahwa ada jalan yang dapat dilalui seseorang untuk menjadi manusia sempurna atau orang suci. Bahkan, dalam banyak kasus, orang tersebu bisa mencapai penyatuan dengan kebenaran ilahi atau Tuhan.
Hal ini tentu saja berbeda dengan ajaran Islam ortodoks yang meyakini Tuhan adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Jadi, manusia tidak akan pernah bisa mencapai-Nya.
Orang-orang yang mengikuti jalan mistisisme pada mulanya dianggap sesat. Namun selama berabad-abad ajaran para sufi kemudian diterima. Bahkan anggota lembaga keagamaan bergabung dengan kelompok ini.
Dua aliran muncul, yakni mistisisme Iran berdasarkan ekstasi dan cinta ilahi dan mistisime Irak berdasarkan asketisme. Beberapa sekte mistisime kemudian juga muncul seiring penaklukan sebagian besar Anatolia oleh Turki Selçuk.
Sekte-sekte itu telah memantapkan diri di Anatolia pada tahun 1299 ketika Kekaisaran Ottoman, di bawah Osman, mulai berkembang dengan kekuatannya.
Setiap sekte memiliki jalur yang berbeda untuk mencapai kesempurnaan dengan serangkaian ritual, praktik, dan bahkan mengenakan pakaian yang berbeda termasuk tutup kepala mereka.
Setiap sekte, atau “tarekat,” dimulai dari satu guru dan biasanya memiliki lokasi pusat permanen mulai dari tempat orang tersebut berada. Praktisi utamanya adalah laki-laki, tetapi perempuan juga terlibat.
Beberapa sekte mistik menonjol di Kekaisaran Ottoman, antara lain Bektaşi, Halveti, Mevlevi, Rifai, Qadiri, Naqshbandi, dan Bayrami. Dari semua ini, penguasa Ottoman mungkin paling dekat dengan sekte Mevlevi, setidaknya sejak zaman Osman.
Adalah Mevlevi Syekh Edebali yang memberi Sultan Osman pedang yang kemudian dikenal sebagai Pedang Osman. Lalu setiap sultan setelah itu harus diikat dengan itu saat naik takhta.
Syekh Mevlevi yang memimpin tarekat pada saat itu akan dipanggil ke Istanbul dari Konya khusus untuk tujuan itu.
Baca Juga: Kemunculan dan Runtuhnya Janissari, Pasukan Elite Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Peran Hafsa, Hurrem, dan Mihrimar dalam Kemakmuran Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Era Kesultanan Wanita, Saat Perempuan Mendominasi Kekaisaran Ottoman
Ordo Bektaşi, salah satu sekte mistisisme di Ottoman dan mungkin yang terbesar, didirikan berdasarkan ajaran Hacı Bektaş Veli, yang aslinya orang Persia. Dia menarik pengikut baik di daerah pedesaan di Anatolia maupun di militer Ottoman.
Faktanya, Bektaşi adalah sekte resmi korps Janissari tentara Ottoman yang terkenal. Mereka juga populer di Balkan selatan.
Urutan penting kedua adalah Mevlevi yang pendirinya, Maulana Jalaladdin Rumi. Seperti dikutip dari Hurriyet Daily News, Rumi mengajarkan “toleransi tanpa batas, penalaran positif, kebaikan, amal, dan kesadaran melalui cinta.”
Hari kematiannya, 17 Desember 1273, masih dirayakan di seluruh dunia sebagai hari pernikahannya, yaitu hari dia dipersatukan dengan Tuhan.
Pengikutnya dikenal karena upacara berputar atau tarian berputar. Lewat tarian berputar ini, mereka berusaha untuk mencapai persatuan dengan yang ilahi.
Terlepas dari larangan Turki terhadap sekte sufi pada tahun 1925, Mevlevi tidak dibredel seperti sekte lain, dan pendiri Republik Turki Mustafa Kemal Atatürk dianggap bertanggung jawab atas hal ini.
Selama bertahun-tahun merupakan rahasia umum bahwa mereka bertemu di rumah satu sama lain dan mengadakan upacara berputar. Hari ini mereka dapat melakukan ini di depan umum.
Tarekat Naqsybandi adalah satu-satunya sekte sufi yang dapat dilacak asal-usulnya kembali ke abad pertama Nabi Muhammad, menjadikannya tarekat tertua.
Hari ini sekte ini masih memiliki jutaan pengikut di seluruh dunia. Sebagai sekte, Naqsybandi dan Halveti sangat populer di kalangan teolog dan pejabat pemerintah.
Selama tahun-tahun penaklukan, para sufi, atau para darwis sebagaimana mereka dikenal, membentuk kelompok-kelompok yang berperang dalam berbagai pertempuran yang terjadi.
Belakangan tarekat memainkan peran penting di daerah-daerah yang ditaklukkan, memengaruhi orang-orang di sana untuk menerima Islam.
Kita hanya perlu melihat sekilas karya-karya sastra Ottoman untuk memahami betapa besar pengaruh sufi dalam kehidupan sosial, budaya, dan agama mereka. Konsep dan kosa kata karya-karya sastra Ottoman mencerminkan pengaruh sufi terhadap para penulis besar mereka.