Mistisisme dan Sufisme di Kekaisaran Ottoman, Mulanya Dianggap Sesat

By Utomo Priyambodo, Rabu, 15 Maret 2023 | 16:00 WIB
Pengikut sekte mistis atau sufi Mevlevi di Kekaisaran Ottoman dikenal karena upacara berputar atau tarian berputar. Lewat upcara berputar ini, mereka berusaha untuk mencapai persatuan dengan yang ilahi. (PxHere)

Baca Juga: Peran Hafsa, Hurrem, dan Mihrimar dalam Kemakmuran Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Era Kesultanan Wanita, Saat Perempuan Mendominasi Kekaisaran Ottoman 

Ordo Bektaşi, salah satu sekte mistisisme di Ottoman dan mungkin yang terbesar, didirikan berdasarkan ajaran Hacı Bektaş Veli, yang aslinya orang Persia. Dia menarik pengikut baik di daerah pedesaan di Anatolia maupun di militer Ottoman.

Faktanya, Bektaşi adalah sekte resmi korps Janissari tentara Ottoman yang terkenal. Mereka juga populer di Balkan selatan.

Urutan penting kedua adalah Mevlevi yang pendirinya, Maulana Jalaladdin Rumi. Seperti dikutip dari Hurriyet Daily News, Rumi mengajarkan “toleransi tanpa batas, penalaran positif, kebaikan, amal, dan kesadaran melalui cinta.”

Hari kematiannya, 17 Desember 1273, masih dirayakan di seluruh dunia sebagai hari pernikahannya, yaitu hari dia dipersatukan dengan Tuhan.

Pengikutnya dikenal karena upacara berputar atau tarian berputar. Lewat tarian berputar ini, mereka berusaha untuk mencapai persatuan dengan yang ilahi.

Terlepas dari larangan Turki terhadap sekte sufi pada tahun 1925, Mevlevi tidak dibredel seperti sekte lain, dan pendiri Republik Turki Mustafa Kemal Atatürk dianggap bertanggung jawab atas hal ini.

Selama bertahun-tahun merupakan rahasia umum bahwa mereka bertemu di rumah satu sama lain dan mengadakan upacara berputar. Hari ini mereka dapat melakukan ini di depan umum.

Tarekat Naqsybandi adalah satu-satunya sekte sufi yang dapat dilacak asal-usulnya kembali ke abad pertama Nabi Muhammad, menjadikannya tarekat tertua.

Hari ini sekte ini masih memiliki jutaan pengikut di seluruh dunia. Sebagai sekte, Naqsybandi dan Halveti sangat populer di kalangan teolog dan pejabat pemerintah.

Selama tahun-tahun penaklukan, para sufi, atau para darwis sebagaimana mereka dikenal, membentuk kelompok-kelompok yang berperang dalam berbagai pertempuran yang terjadi.

Belakangan tarekat memainkan peran penting di daerah-daerah yang ditaklukkan, memengaruhi orang-orang di sana untuk menerima Islam.

Kita hanya perlu melihat sekilas karya-karya sastra Ottoman untuk memahami betapa besar pengaruh sufi dalam kehidupan sosial, budaya, dan agama mereka. Konsep dan kosa kata karya-karya sastra Ottoman mencerminkan pengaruh sufi terhadap para penulis besar mereka.