Polusi Udara Mengancam Populasi Global Serangga dan Kemampuannya Kawin

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 25 Maret 2023 | 14:00 WIB
Polusi udara mengganggu keberhasilan lalat kawin. (Shutterstock)

Dalam percobaan, lalat jantan terpapar konsentrasi ozon yang sedikit lebih tinggi. Para ilmuwan kemudian mengukur apakah lalat masih memancarkan feromonnya.

Ketika lalat terpapar 100 ppb (bagian per miliar, sesuai dengan konsentrasi 10-9) ozon selama dua jam, tingkat feromon yang diukur menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya terpapar udara sekitar.

Para peneliti kemudian menguji daya tarik lalat jantan terhadap jenisnya. Pengamatan yang mereka lakukan sangat mengganggu, yang mungkin terutama disebabkan oleh peran masing-masing feromon.

Baca Juga: Ilmuwan PBB Peringatkan Dunia Harus Segera Hentikan

Baca Juga: Menggelisahkan, Ilmuwan Temukan Batuan Plastik di Pulau Terpencil

Baca Juga: Sistem Kebijakan Pajak Karbon Kurang Efektif Melawan Perubahan Iklim 

“Kami tahu bahwa tingkat ozon yang meningkat dapat memengaruhi sistem perkawinan serangga karena pemecahan ikatan rangkap karbon. Namun demikian, kami terkejut bahwa konsentrasi ozon yang sedikit meningkat pun memiliki efek yang kuat pada lalat," kata mereka.

Tim peneliti juga mengamati efek kadar ozon yang tinggi di udara terhadap perilaku kawin spesies lalat lainnya.

Bahkan lalat jantan kurang berhasil kawin setelah terpapar ozon, meskipun ozon tidak mengubah feromon yang telah dijelaskan dipancarkan oleh pejantan.

Sebagian besar feromon serangga mengandung ikatan rangkap karbon-karbon. Oleh karena itu, ozon dianggap mengganggu komunikasi seksual pada banyak spesies serangga.

"Serangga dan feromonnya telah berevolusi selama jutaan tahun. Sebaliknya, konsentrasi polutan udara hanya meningkat secara dramatis sejak industrialisasi," kata mereka.

"Tidak mungkin sistem komunikasi serangga, yang telah berevolusi selama evolusi, akan mampu beradaptasi dengan kondisi baru dalam waktu singkat jika feromon tiba-tiba tidak ada lagi."

Studi ini memberikan penjelasan tambahan mengapa populasi serangga menurun drastis di seluruh dunia, selain dari penerapan insektisida dan penghilangan habitat.