Baca Juga: Lima Fakta Penting yang Kerap Terlewat tentang Kekaisaran Ottoman
Kasus TBC pertama yang tercatat dan diketahui disebarkan oleh harem adalah dari Martha Aimee du Buc de Ribery yang berasal dari keluarga kaya Prancis yang tinggal di Pulau Martinik.
"Perompak Aljazair memperbudak Martha Aimee du Buc de Ribery pada tahun 1789 hingga akhirnya dia dipilih untuk menjadi harem sultan," tambahnya. Ia kemudian menjadi istri Sultan Abdulhamid I dan dengan demikian menjadi ibu angkat dari calon sultan, Mahmud II.
Tidak ditemukan data konkret seberapa parah TBC yang sedang hinggap dalam tubuh Martha Aimee du Buc de Ribery, yang jelas dia wafat di usia muda. Ia dinyatakan wafat karena TBC pada usia 26 tahun.
Nahasnya, ketika Mahmud II naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1808, ia menderita TBC, yang didapat dari ibu angkatnya, Aimee de Buc de Ribery. Sepanjang kepemimpinannya, Mahmud II bergelut dengan penyakit TBC dalam tubuhnya.
Sultan Mahmud II akhirnya wafat di usia 54 tahun, saat Kekaisaran Ottoman sedang berada di ujung tanduk. TBC menggerogoti tubuhnya, meski sejarawan telah sepakat bahwa ia tewas setelah mendapat serangan delirium tremens akibat alkoholisme kronis.
Kendati demikian, TBC diduga kuat memperburuk kondisi kesehatannya. Ia meninggalkan 19 putra dan 17 putri dari 13 wanita haremnya, tetapi hanya dua putra dan empat putri saja yang selamat dari penularan TBC.
Setelahnya, Ottoman memiliki empat sultan yang hidupnya direnggut oleh wabah menular Tuberculosis (TBC). "Jadi TBC dan kemungkinan infeksi lainnya, sangat mungkin merupakan salah satu faktor di balik kemunduran Kekaisaran Ottoman," tutupnya.
Dengan kata lain, harem di satu sisi dapat menjadi "pembahagia" para sultan, tetapi mereka menjadi akar dari kehancuran kekaisaran akibat terjadinya persebaran wabah penyakit dan TBC yang mematikan.