Nationalgeographic.co.id—Pujian dalam sains sering diberikan kepada mereka yang mempopulerkan penemuan, bukan kepada mereka yang menemukan ide dan gagasannya terlebih dahulu.
Sebagaimana bangsa Eropa yang sering dikenal mempopulerkan banyak temuan sains meski belum tentu merekalah yang telah menemukannya lebih dulu.
Seperti pada tahun 1840, Warren de la Rue menciptakan salah satu bola lampu listrik pertama dalam sejarah manusia saat ia menempatkan kumparan platinum di dalam tabung vakum dan mengalirkan arus listrik melaluinya untuk menghasilkan cahaya.
Namun, mungkin nama Thomas Edison, yang mengerjakan konsep yang sama hampir setengah abad kemudian, terdengar lebih akrab bagi sebagian besar orang. Meski kerangkanya dibuat lebih dulu oleh Warren, Thomas Edison telah menyempurnakannya.
Demikian halnya dengan pencegahan cacar juga, karena Dunia Timur dengan pengetahuan medisnya yang luas pada saat itu, serta dominasi di bidang sains yang berlangsung selama berabad-abad, telah menemukan vaksin cacar ratusan tahun sebelum bangsa Barat maupun Eropa.
"Ketika (bangsa) Eropa menemukan kembali obatnya, itu adalah kemenangan yang diklaim oleh Barat," tulis responden Daily Sabah dalam artikel berjudul How Ottomans inspired smallpox vaccine centuries before Europe terbitan 3 Mei 2021.
Cacar, yang merupakan salah satu epidemi paling mengerikan dalam sejarah manusia, merupakan salah satu penyebab utama dari bencana kematian massal yang pernah terjadi di abad ke-18.
Penyakit demam, parah dan menular yang meninggalkan bekas luka di wajah, ditutupi benjolan berisi nanah, membunuh tiga dari 10 orang yang terinfeksi, menyebabkan masalah kesehatan yang memprihatinkan dan kerusakan kulit yang tidak dapat dihilangkan bekas luka setelahnya.
Pada abad ke-20 saja, cacar diperkirakan telah membunuh 300 juta orang dan 500 juta jiwa selanjutnya dalam 100 tahun terakhir. Itu semua disebabkan oleh keberadaan virus yang mengerikan itu sebelum akhirnya diberantas pada tahun 1979.
Pengidap cacar juga dikenal sebagai "Monster Berbintik" bagi masyarakat Barat. Namun, bagi sebagian pengidapnya di Dunia Timur telah dilakukan sejumlah upaya pengobatan menggunakan metode seperti "variolasi".
Metode ini tampaknya merupakan teknik vaksinasi primitif atau yang paling awal, tetapi sebagian besar dinyatakan berhasil mencegah kematian, tidak seperti yang terjadi di Eropa yang dibiarkan menelan jutaan korban tewas.
Metode inokulasi, yang telah diterapkan selama berabad-abad melawan cacar di Kekaisaran Ottoman, diamati oleh istri duta besar Inggris untuk Istanbul pada tahun 1721. Lady Mary Wortley Montagu, kemudjan menulis surat untuk negaranya.
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR