Makna di Balik Ritual Tersuci Pendakian Gunung Fuji Masa Lalu dan Kini

By Sysilia Tanhati, Minggu, 19 Maret 2023 | 15:00 WIB
Gunung Fuji bukan hanya objek alam, tetapi menjadi rumah spiritual dan sumber keberanian bagi semua orang Jepang sepanjang sejarah Jepang (Filiz Elaerts/Unsplash)

Antara bulan Juni dan Agustus, lebih dari 400.000 orang berjalan dengan susah payah mendaki Gunung Fuji. Mereka terengah-engah dalam kegelapan dini hari.

Saat ini, banyak orang mendaki Gunung Fuji untuk rekreasi alih-alih beribadah. Namun pendakian tetap dijiwai dengan rasa sakral. “Ini memiliki sejarah sebagai ziarah spiritual tetapi gunung itu sendiri masih memiliki tempat di masyarakat Jepang,” jelas fotografer David Guttenfelder.

Dapat dikatakan bahwa pendakian Gunung Fuji saat ini adalah ziarah sejarah. Ini adalah penghormatan dan pelestarian warisan bersama dalam masyarakat yang terus berkembang menuju masa depan.

Biasanya, pengunjung memulai pendakian di pagi hari dan mendaki selama enam hingga delapan jam hingga mencapai penginapan saat senja. Di sana, anda saling berhadapan dengan orang asing, semua orang tidur bersama. Para pendaki akan membangunkan satu sama lain pada pukul satu pagi untuk melakukan pendakian ke puncak.

Ratusan orang duduk bersama, mengangkat tangan, dan bersorak serempak menyambut terbitnya matahari. Para pendaki menjadi sangat emosional.

Letusan besar terakhir Gunung Fuji terjadi pada tahun 1707, tetapi ahli geologi menganggapnya aktif dan pemerintah terus menyusun rencana bencana.

Tidak jelas bagaimana masa depan Gunung Fuji. Namun sejarah membuktikan bahwa warisannya dalam budaya Jepang bersifat cair, tetapi tak terhapuskan.