Dunia Hewan: Kera Besar Sengaja Berputar Agar Dirinya Menjadi Pusing

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 1 April 2023 | 14:00 WIB
Gorila berputar di Taman Nasional Gunung Berapi, Rwanda. Gorila berputar untuk bersenang-senang dan agar dirinya pusing. (University of Warwick/Kusini Safaris)

Seperti komidi putar dan ayunan, permainan itu dirancang untuk menantang keseimbangan manusia, persis seperti apa yang dilakukan kera besar.

Mengubah keadaan pikiran kita tampaknya merupakan keinginan bawaan manusia. Tepat di seluruh dunia, ada kasus manusia yang mencoba melarikan diri atau melampaui masa kini dengan mengubah cara mereka merasakan atau melihat dunia pada saat tertentu.

Penelitian sebelumnya juga telah mempelajari primata liar yang memakan buah-buahan yang difermentasi. Sedikit suntikan alkohol ini dapat membuat hewan 'mabuk' jika mereka mengkonsumsi cukup.

Namun tidak jelas apakah primata memakan buah-buahan ini agar mabuk atau karena kalorinya. Tindakan memutar bisa menjadi demonstrasi yang lebih jelas dari hewan yang sengaja mengubah persepsi mereka.

Orang utan dan kera besar lainnya juga punya kecenderungan untuk bermain-main dengan pikirannya. (YKAN)

Lameira dan anggota tim penulisnya, ilmuwan kognitif Marcus Perlman, mendapatkan ide tersebut ketika mereka melihat video viral daring seekor gorila, berputar-putar di kolam anak-anak di Kebun Binatang Dallas.

Hewan itu sepertinya sedang bersenang-senang. "Berputar mengubah keadaan kesadaran kita, mengacaukan respons dan koordinasi tubuh-pikiran kita," jelas Lameira.

Baca Juga: Dunia Hewan: Perilaku Baru Berburu dan Makan Ikan pada Kera Jepang

Baca Juga: Dunia Hewan: Beberapa Monyet di Bali Gunakan Batu sebagai Mainan Seks

Baca Juga: Dunia Hewan: Simpanse Menyinkronkan Langkah Mereka Seperti Manusia

"Membuat kita merasa sakit, pusing, dan bahkan gembira seperti dalam kasus anak-anak yang bermain komidi putar, roda pemintal, dan kuda putar," jelas Lameira.

“Apa yang ingin kami coba pahami melalui penelitian ini adalah apakah berputar dapat dipelajari sebagai perilaku primordial yang dapat dilakukan oleh nenek moyang manusia secara mandiri dan memanfaatkan kondisi kesadaran lainnya."

"Jika semua kera besar mencari pusing, maka nenek moyang kita juga sangat mungkin melakukannya."

Menurutnya, sifat manusia dalam mencari keadaan yang berubah ini sangat universal, historis, dan kultural.

"Sehingga menimbulkan kemungkinan menarik bahwa ini adalah sesuatu yang berpotensi diwariskan dari nenek moyang evolusioner kita,” kata Lameira.

"Jika memang demikian, itu akan membawa konsekuensi besar pada cara kita berpikir tentang kapasitas kognisi dan kebutuhan emosional manusia modern."