Mengapa 'Hujan Bulan Juni' Sapardi Djoko Damono Begitu Populer?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 21 Maret 2023 | 16:00 WIB
Satrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono (1940-2020). Dia memiliki banyak puisi yang populer di kalangan pencinta sastra. Salah satunya 'Hujan Bulan Juni' yang begitu fenomenal. (Public Domain)

Alih-alih percintaan, puisi 'Hujan Bulan Juni', menurut Winarti dari Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, punya makna ilahiah. Ia menerangkannya dalam kumpulan jurnal dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Winarti menyebut Hujan Bulan Juni adalah tokoh yang sangat tabah daripada orang biasa. Sosok ini adalah perindu, tetapi pemalu, penyimpan rahasia yang hebat. "Selain sabar dan bijak, Hujan juga memiliki sifat arif. Tak ada satupun orang di dunia ini setabah, sebijak, dan searif Hujan," terangnya.

"Dalam hal arif, ia harus mengikhlaskan rindunya untuk dikembalikan kepada Tuhan dan alam. Ikhlas adalah keputusan final yang arif dalam menyimpan perasaan."

Baca Juga: Bagaimana Wajah Kota Jakarta di Mata Pujangga Chairil Anwar?

Baca Juga: Apa yang Dipesan Chairil Anwar Setibanya di Batavia?

Baca Juga: Iliad, Puisi Terpanjang di Dunia, dibacakan di London

Baca Juga: Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

Dari dua pendapat tersebut tentang 'Hujan Bulan Juni', manakah yang benar? Sapardi tidak memakemkan arti pada puisinya. Dia justru mengatakan bahwa makna dan amanat puisi 'Hujan Bulan Juni' memang harus diburu pembaca. Sajak yang baik, menurutnya, yang mengundang banyak tafsir.

Sebenarnya, kekayaan arti tidak hanya pada 'Hujan Bulan Juni'. Banyak dari puisi Sapardi punya makna tentang percintaan, kehidupan, dan kedekatan manusia dengan Tuhan.

"Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan dunia intuisi penyair. Meskipun perannya sebagai penghubung itu tak bisa dilenyapkan, namun yang utama ia­lah sebagai obyek pendukung imaji," tulisnya dalam Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan.

Namun, 'Hujan Bulan Juni' masih terus bergaung sebagai karya yang digemari banyak kalangan. Di luar kekayaannya makna, karya Sapardi satu ini ada di dalam berbagai bentuk: puisi, novel, musik, dan film. 

Ia membuat novel dengan tajuk yang sama pada tahun 1994, dan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin. Novel itu kemudian dikemas dalam film disutradarai Hestu Saputra tahun 2017. Film ini bahkan menjadi nominasi di FFI (Festival Film Indonesia) pada 2018.

'Hujan Bulan Juni' pun dimusikalisasikan duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu. Judulnya pun dijadikan nama album mereka yang berisi musikalisasi puisi-puisi Sapardi lainnya.

Sapardi menegaskan dalam Alih Wahana, bahwa puisi tidak hanya dapat dinikmati di atas kertas dengan kata-kata indah. Jenis kesenian bisa dibentuk dalam jenis kesenian lain seperti fiksi, tari, drama atau film, lagu, bahkan lukisan.