Indonesia Masuk Sepuluh Besar Negara Pengimpor Sampah Plastik Global

By Utomo Priyambodo, Rabu, 22 Maret 2023 | 07:00 WIB
Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang memberikan ancaman serius terhadap lingkungan. (Unsplash/CC0 Public Domain)

Adapun ekspor plastik terbesar di Asia berasal dari Jepang, yang terutama berdagang dengan negara-negara Asia lainnya termasuk Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Korea. Pada tahun 2020, Jepang adalah pengekspor sampah plastik terbesar kedua di dunia dengan pengiriman 821 juta kilogram.

Pengekspor terbesar ketiga dalam daftar ini adalah Amerika Serikat. Negara ini diperkirakan telah mengekspor lebih dari 600 juta kilogram sampah plastik pada tahun 2020, dan sebagian besar diperdagangkan dengan Kanada, sebagian juga dikirim ke Meksiko, Malaysia, Vietnam, India, Hong Kong, dan india.

Dan sebagai pihak penerima, Malaysia dan Turki telah menjadi importir sampah plastik terbesar di dunia, terutama dari wilayah masing-masing.

Baca Juga: Kebanyakan Sampah Plastik di Pantai Afrika Ini Berasal dari Indonesia

Baca Juga: Memalukan, Jumlah Sampah Plastik dari Sungai-Sungai Jakarta Terungkap

Baca Juga: Tim Peneliti Belanda: Mangrove di Pesisir Jawa Dibekap Sampah Plastik

Sebelumnya hingga 2017, Tiongkok adalah salah satu importir limbah plastik terbesar di dunia, yang digunakan untuk industri manufakturnya. Pada tahun 2018, diberlakukan larangan impor pada 24 jenis limbah yang dapat didaur ulang sehingga impor limbah plastik mereka turun lebih dari 95% dalam setahun.

Pada tahun 2019, 187 negara menandatangani perjanjian internasional yang disebut Konvensi Basel tentang Kontrol Gerakan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan Pembuangannya. Perjanjian ini untuk mengatasi kesenjangan dalam pembuangan limbah plastik.

Perjanjian ini membatasi negara-negara peserta untuk memperdagangkan sampah plastik secara internasional, kecuali negara tersebut tidak memiliki kapasitas daur ulang atau pembuangan yang memadai.

Selama satu dekade terakhir, perdagangan plastik global memang menurun drastis. Namun jutaan ton plastik masih dikirim lintas negara dan sebagian berakhir salah urus.

Sebagai contoh, hasil penelitian yang dirilis International Pollutants Elimination Network (IPEN) mengungkapkan kandungan dioksin dalam telur ayam di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo dan di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto, sangat tinggi.

Wilayah-wilayah tersebut menjadi penampung sampah plastik yang diimpor ke Indonesia bersamaan dengan impor limbah kertas.

Kandungan dioksin dalam telur ayam di wilayah itu ditemukan sebesar 200 piko gram per gram lemak. Angka itu melebihi standar yang ditetapkan Badan POM sekitar 0,5 piko gram per gram lemak.

Bahayanya, kandungan dioksin berlebih ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Di antaranya menganggu tumbuh kembang anak, terganggunya hormon atau mandul, hingga anak terlahir cacat.

Sebenarnya, impor sampah plastik bisa jadi menguntungkan. Misalnya saja, sebuah penelitian menemukan bahwa impor limbah plastik yang lebih tinggi berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi banyak negara berpenghasilan rendah, dalam kondisi yang tepat.

Namun, ketika negara-negara mengekspor plastik terkontaminasi yang tidak dapat digunakan dan tidak dapat didaur ulang, negara-negara berpenghasilan rendah ini bakal menanggung biaya ekosistem akhir masa pakai lebih besar daripada keuntungan finansial apa pun.