Darah dan Ketan, Rahasia Ketahanan Bangunan Era Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 24 Maret 2023 | 11:00 WIB
Beras ketan, darah, dan gula adalah bahan penting yang membuat bangunan era Kekaisaran Tiongkok bertahan lama. (Jakub Hałun)

Darah binatang mungkin terdengar seperti zat yang mengerikan untuk membangun tembok, tapi itu adalah aditif normal yang digunakan oleh beberapa budaya. Resep bersejarah di Prancis, Italia, dan Inggris menjelaskan dengan detail bagaimana mencampurkan darah sapi jantang dan mortar kapur.

Di Tiongkok, pembangun menggunakan darah babi untuk meningkatkan konsistensi mortar, menurut sebuah studi tahun 2014. Darah babi ini juga sangat mudah diperoleh di Tiongkok karena dagingnya digunakan untuk beragam masakan.

Bahan organik untuk menghindari air

Banyak aditif organik lain yang disukai oleh orang Tiongkok untuk menghindari air yang bisa merusak bangunan. Li dan Zhang menemukan sampel minyak dari 87 lokasi, yang mereka yakini sebagai minyak tung. Ini adalah “segel” kedap air yang umum untuk kapal kayu.

Bahan tak lazim lainnya seperti putih telur, tidak hanya tahan air tetapi juga meningkatkan viskositas mortar. Putih telur juga digunakan sebagai pengikat cat untuk mewarnai tentara terakota di mausoleum Kaisar Qin Shi Huang.

Para peneliti telah menemukan bahwa gula merah juga mengurangi kadar air dalam mortar, meningkatkan kekuatannya. Menurut literatur kuno, sukrosa sering digunakan untuk membangun benteng dan rumah di Tiongkok bagian timur dan tenggara.

Bahan tak lazim lainnya seperti putih telur, tidak hanya tahan air tetapi juga meningkatkan viskositas mortar. Putih telur juga digunakan sebagai pengikat cat untuk mewarnai tentara terakota di mausoleum Kaisar Qin Shi Huang. (Manoj kumar kasirajan)

Mortar ini juga kemungkinan besar ditemukan karena kebutuhan. Di Romawi kuno misalnya, bahan rahasia beton adalah abu vulkanik. Abu ini meningkatkan daya tahan mortar kapur dan memungkinkannya untuk terbenam di bawah air. Mortar serupa yang dibuat dengan abu vulkanik diadopsi di seluruh Eropa dan Asia Barat.

Namun, abu vulkanik tidak tersedia di Kekaisaran Tiongkok. Sebaliknya, para insinyur menggunakan bahan-bahan yang ada di daerah mereka untuk membuat bahan bangunan yang khas.

Upaya memadukan arsitektur dan alam

Desain hebat sering kali merupakan hasil pemikiran di luar bentuk dan fungsi. Filsafat, menurut para peneliti, mungkin menjadi salah satu inspirasi puitis untuk pasta fusi ini.

“Orang Tionghoa kuno menganjurkan pandangan tentang alam yang sering disebut 'kesatuan surga dan manusia,” tulis Li. Penggunaan produk pertanian, kehutanan, dan hewan dalam bahan bangunan mencerminkan estetika arsitektur yang berupaya memadukan arsitektur dan alam.