Darah dan Ketan, Rahasia Ketahanan Bangunan Era Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 24 Maret 2023 | 11:00 WIB
Beras ketan, darah, dan gula adalah bahan penting yang membuat bangunan era Kekaisaran Tiongkok bertahan lama. (Jakub Hałun)

Hebatnya, struktur yang dibangun dengan mortar beras ketan lebih bertahan dari erosi alami. Sebuah makam dari era Ming, menteri Xu Pu dan istrinya, hampir dirusak oleh buldoser ketika ditemukan pada tahun 1978. “Namun, makam itu begitu kuat sehingga buldoser pun tidak bisa menghancurkannya,” menurut sebuah makalah tahun 2009.

Hasil pengujian kimia mengungkapkan bahwa 219 mortar dari 96 lokasi memiliki komponen organik. Itu adalah sedikit pati, protein, gula merah, darah, dan minyak. Campuran ini terbukti membantu melestarikan sebagian besar lanskap Tiongkok. (Siyuwj)

Pada tahun 1604, ketika gempa berkekuatan 7,5 mengguncang kota pelabuhan Quanzhou, banyak kuil, stupa, dan jembatan tidak hancur. Sebaliknya, mortar beras ketan menjaga fondasi mereka tetap aman.

Perekat kuno digunakan di zaman modern untuk melestarikan bangunan bersejarah

Meskipun jelas efektif, perekat revolusioner ini tidak lagi populer di akhir Dinasti Qing. Li mencatat bahwa pabrik semen pertama di Tiongkok dibuka pada tahun 1889 di provinsi Hebei. Sejak itu, perekat anorganik ini secara bertahap mengisi peran mortar komposit.

Namun para peneliti masih melihat potensi dalam formula kuno tersebut, terutama untuk menjaga situs sejarah. “Semen merugikan pekerjaan konservasi,” tulis Dr. Gaetano Palumbo, seorang arkeolog di University College London. Pasalnya, semen mengandung garam dalam jumlah tinggi dan tidak cocok (terlalu kuat dan kaku) dengan mortir berbasis kapur tradisional.

Baca Juga: Batu Nisan Berbentuk Kura-Kura di Makam Kaisar Tiongkok, Apa Maknanya?

Baca Juga: Wan Zhener, Harem Paling Berkuasa di Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Warisan Kaisar Tiongkok He dari Dinasti Han Timur yang Membahayakan

Baca Juga: Setelan Baju Batu Giok Abadi dari Makam Elite Dinasti Kaisar Tiongkok

Di Tiongkok, para pelestari berhasil menggunakan mortar kapur beras ketan untuk memperbaiki bangunan kuno. Seperti Jembatan Shouchang melengkung tunggal dari Dinasti Song.

Satu kelompok konservasionis menggabungkan teknologi beras ketan yang kunodengan teknologi nano untuk mengembangkan perawatan inovatif untuk situs bersejarah. “Ini adalah aplikasi orisinal dan ekologis yang dapat digunakan untuk memperbaiki struktur berbasis kapur apa pun. Seperti batu kapur atau mortar kapur,” kata Jorge Otero, peneliti di Institut Konservasi Getty.

Di Kekaisaran Tiongkok, aditif yang bisa dikonsumsi ini memenuhi tujuan praktis dan filosofis arsitektur di masa itu.