Manusia Meninggalkan Jejak Bakteri saat Bersin di Puncak Everest

By Ricky Jenihansen, Rabu, 29 Maret 2023 | 07:00 WIB
Saat bersin, manusia akan meninggalkan jejak bakteri yang bertahan berabad-abad di puncak Everest. (Olga Danylenko/Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Para peneliti telah menemukan bahwa sepatu bot pendaki gunung bukanlah satu-satunya benda yang meninggalkan jejak kaki di gunung tertinggi di dunia. Berkat kemajuan teknologi dalam analisis DNA, mereka menunjukkan bakteri dapat bertahan berabad-abad saat seseorang bersin di puncak Everest.

Di ketinggian hampir 5 mil di atas permukaan laut di pegunungan Himalaya, celah batu antara Gunung Everest dan puncak saudaranya, Lhotse, terbentang, ditiup angin, bebas dari salju.

Di sini, di South Col, ratusan petualang memasang kamp terakhir setiap tahun sebelum mencoba mendaki puncak tertinggi dunia dari sisi tenggara.

Menurut penelitian baru yang dipimpin University of Colorado Boulder, manusia meninggalkan warisan mikroba yang kuat, yang dapat bertahan dalam kondisi ekstrem di ketinggian tinggi dan bertahan di tanah selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad.

Penelitian ini tidak hanya menyoroti dampak tak terlihat dari pariwisata di gunung tertinggi di dunia, tetapi juga dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang batasan lingkungan bagi kehidupan di Bumi.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Arctic, Antarctic, and Alpine Research dengan judul "Genetic analysis of the frozen microbiome at 7900 m a.s.l., on the South Col of Sagarmatha (Mount Everest)."

"Ada tanda tangan manusia yang membeku di microbiom Everest, bahkan pada ketinggian itu," kata Steve Schmidt, penulis senior makalah dan profesor ekologi dan biologi evolusi.

Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan tidak dapat secara meyakinkan mengidentifikasi mikroba terkait manusia dalam sampel yang dikumpulkan di atas 26.000 kaki.

Cory Richards mendaki Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia, untuk ketiga kalinya. (Cory Richards/National Geographic)

Studi ini menandai pertama kalinya teknologi pengurutan gen generasi berikutnya digunakan untuk menganalisis tanah dari ketinggian yang begitu tinggi di Gunung Everest.

Itu memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan wawasan baru tentang hampir semua hal dan apa saja yang ada di dalamnya.

Para peneliti tidak terkejut menemukan mikroorganisme yang ditinggalkan oleh manusia. Mikroba ada di mana-mana, bahkan di udara, dan dapat dengan mudah berhembus dan mendarat agak jauh dari kamp atau jalan setapak terdekat.