Gunung Batu Benau, Calon Taman Bumi yang Dihuni Suku Punan Batu

By Utomo Priyambodo, Selasa, 28 Maret 2023 | 15:09 WIB
Salah satu gua di kawasan Gunung PBatu Benau. Suku Punan Batu hidup di dalam gua-gua sekitar kawasan ini. (YKAN)

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan berburu dan meramu identik dengan manusia purba. Namun Suku Punan Batu yang menghuni wilayah Gunung Batu Benau masih hidup sebagai peramu dan pemburu.

Ya, merekalah suku pemburu-peramu terakhir di Kalimantan. Mereka hidup di dalam gua-gua seperti manusia purba.

Gunung Batu Benau tempat hidup Suku Punan Batu merupakan gugusan bentuk lahan (landform) karst yang membentang dari utara ke selatan. Gugusan ini memanjang sekitar 15 kilometer dengan lebar rata-rata 4 kilometer.

Sebagian besar kawasan karst Gunung Batu Benau terletak di wilayah administratif Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Sisanya berada di wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Saat ini pemerintah Provinsi Kalimantan Utara sedang berupaya melestarikan dan memanfaatkan keunikan geologi, budaya, dan hayati di dan sekitar Gunung Batu Benau. Caranya, menjadikan wilayah itu sebagai Taman Bumi atau Geopark.

Taman Bumi adalah wilayah terpadu yang terdepan dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara berkelanjutan. Selain itu, wilayah ini juga mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sana.

Ada istilah Taman Bumi Nasional yang ditetapkan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia. Ada pula istilah Taman Bumi Global yang ditetapkan oleh UNESCO.

Dengan menyandang status sebagai Taman Bumi, Gunung Batu Benau di Provinsi Kalimantan Utara diharapkan bakal menjadi destinasi baru untuk pariwisata, edukasi, dan konservasi alam.

“Menjadikannya status taman bumi, adalah mimpi kami untuk Batu-Benau,” ujar Kepala Biro Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara Rohadi dalam acara Kelompok Diskusi Terpumpun dan Kunjungan Lapangan bertajuk “Menggali Potensi Warisan Bumi Kabupaten Bulungan untuk Pengembangan Geopark Gunung Batu Benau” pada Jumat, 17 Maret 2023.

Para peserta yang hadir dalam acara FGD itu mewakili organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam pengusulan status Taman Bumi bagi Gunung Batu Benau. Setelah diskusi, peserta mengunjungi dan tinggal semalam bersama masyarakat adat Punan Batu yang mendiami kawasan karst Gunung Batu Benau.

Kunjungan lapangan dilakukan ke beberapa potensi warisan geologi di sekitar kawasan Gunung Batu Benau. “Kami berharap para pihak yang turut serta dapat melihat langsung lokasi-lokasi potensi geosite untuk pengembangan geopark di Bulungan,” ujar Rohadi.

Salah satu gua karst yang ada di kawasan Gunung Batu Benau di Kalimantan Utara. Kawasan ini hendak dijadikan Taman Bumi atau Geopark. (YKAN)

Menjadikan situs Gunung Batu Benau sebagai Taman Bumi adalah langkah untuk menyeleraskan tujuan dan misi dalam sisi ekologi dan ekonomi. Bukti tersebut terlihat pada Taman Bumi Gunung Sewu yang terbentang di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

“Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dan tentunya pendapatan daerah setelah penetapan status Taman Bumi,” kata Anggota Dewan Pakar Komite Nasional Geopark Indonesia Budi Martono yang juga hadir sebagai pembicara acara.

Hasil penelitian Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menunjukkan sejumlah potensi di wilayah Gunung Batu Benau.

“Setidaknya sudah terdata adalah potensi geologi dengan temuan 35 macam gua, yang di dalamnya terdapat gua besar dengan aliran sungai bawah tanah yang panjang, bentukan gua yang bervariasi dari bentuk lorong panjang dan bentuk vertikal/sumur,” ujar Ketua Kelompok Studi Karst UGM Profesor Eko Haryono.

Eko juga menambahkan bahwa Gunung Batu Benau menyimpan potensi keragaman budaya. Budaya itu berupa komunitas Adat Punan Batu yang, berdasarkan hasil penelitian Lembaga Eijkman, mempunyai keunikan genetika dan budaya.

Baca Juga: Misteri Liang Purba yang Diduga Berusia Semiliar Tahun Terpecahkan

Baca Juga: Video: Menjelajahi Misteri Liang-Liang Leluhur di Kalimantan Timur

Baca Juga: Apakah Manusia Purba Homo floresiensis Masih Hidup di Indonesia? 

Seperti disebutkan sebelumnya, orang-orang Suku Punan Batu masih menjadikan gua sebagai liang hunian. Mereka juga masih menerapkan pola hidup berburu dan meramu yang sangat bergantung dengan keberadaan hutannya.

Potensi lain di Gunung Batu Benau adalah keragaman hayatinya. Namun, sayangnya, “hingga saat ini belum ada kajian yang komprehensif tentang keragaman hayati dan budaya dalam konteks pengembangan Taman Bumi” di Gunung Batu Benau, kata Manajer Senior Yayasan Konservasi Alam Nasional (YKAN) untuk Pemerintahan Provinsi Niel Makinuddin.

Padahal, pengembangan Taman Bumi menuntut adanya keterkaitan antara warisan geologi, budaya, dan biologi yang ketiganya disebut sebagai warisan bumi. Meski demikian, keberadaan masyarakat Suku Punan Batu dan tutupan hutannya yang masih bagus merupakan indikasi potensi keragaman budaya dan hayati di sana.

Gua karst yang ada di kawasan Gunung Batu Benau. Suku Punan Batu hidup di dalam gua seperti ini. (YKAN)

Dukungan agar Gunung Batu Benau menjadi Taman Bumi telah diberikan oleh Koordinator Strategis Pengembangan Geopark Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Togu Pardede. Togu mengatakan kekayaan Gunung Batu Benau sudah lengkap.

“Geopark itu harus mengandung diversifikasi, jangan melulu geologi, tetapi juga ada budaya," ujar Togu.

Dia menganalogikan mengunjungi Taman Bumi itu seperti melihat ada melodi bumi (sound of earth). Tidak hanya menyuguhkan karst, tetapi juga ada keanekaragaman hayati dan budaya yang unik.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 2 tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Geopark sebagai Destinasi Wisata. Pemerintah menargetkan adanya 12 Taman Bumi di Indonesia hingga 2024, lalu menjadi 31 Taman Bumi per 2025 dengan 12 di antaranya berskala global.