Monarki Kristen berikutnya mengubah dan menambah—tetapi tidak pernah menghancurkan—masjid, menghasilkan struktur hibrida yang tersisa.
Kemudian pada medio abad ke-13, Raja Alfonso X mulai mengawasi pembangunan Villaviciosa dan Kapel Kerajaan, di mana yang terakhir dibangun kembali oleh Henry II pada abad ke-14.
Lalu, memasuki abad ke-16, Charles V menambahkan nave besar Renaisans tepat di tengah mezquita—sebutan untuk masjid bagi orang-orang Andalusia. Namun, rupanya ia kecewa dengan hasil tersebut.
Aspek masjid yang paling banyak difoto adalah aula utamanya yang luas, yang ditopang oleh lebih dari 850 tiang melengkung ganda.
Tidak menunjukkan rasa hormat terhadap nenek moyang mereka, bangsa Moor menjarah sisa-sisa Romawi dan Visigoth di situs itu untuk mendapatkan jasper, onyx, marmer, dan granit yang diperlukan untuk membangunnya.
Baca Juga: Mengapa Kekaisaran Ottoman Mengubah Hagia Sophia Menjadi Masjid?
Baca Juga: Jejak Mansa Musa: Muslim Kaya Mendirikan Masjid Lumpur yang Megah
Baca Juga: Upaya Pembakaran Ruang Publik hingga Masjid di Surakarta Tahun 1923
Baca Juga: Jejak Diplomasi Politik Mataram Jawa dan Madura di Masjid Sampangan
Bangsa Moor di awal abad ke-11, akan menggunakan bahan dari amfiteater besar Romawi di Malaga untuk membangunnya, sebagai benteng kota Alcazaba.
Fitur lengkungan ganda yang ikonik dan agak menghipnotis adalah hasil dari kebutuhan arsitektur, karena dengan kolom lengkung tunggal (tingginya sekitar tujuh atau delapan kaki) atap yang sangat besar akan terlalu rendah.
Sinar matahari dan bayangan yang menyinari bangunan ini akan menciptakan efek yang tidak biasa, merenungkan sejarah panjang penuh dengan konflik dan resistensi yang menyelimuti histori monumen suci nun megah ini.