Masjid Hassan II, Bangunan di Atas Gempuran Ombak Samudra Atlantik

By Galih Pranata, Jumat, 31 Maret 2023 | 10:00 WIB
Masjid Hassan II yang memesona, berdiri di atas riuh mmbak perairan Samudra Atlantik. (Hamza.mic/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Di sepanjang sejarah perkembangan Islam, masjid-masjid menjadi tempat sentral berkumpulnya umat muslim untuk menunaikan ibadah. Namun, ada satu masjid yang menarik untuk dikunjungi, ialah Masjid Hassan II.

Menaranya menjulang setinggi 210 meter—atau setara 60 lantai—berdiri kokoh di atas Samudra Atlantik. Tengara ini menjadikan Masjid Hassan II di Casablanca, Maroko, sebagai menara tertinggi di dunia, dan bangunan tertinggi di Maroko.

Masjid ini dibangun hanya dalam tujuh tahun pada masa pemerintahan Raja Hassan II, sekaligus menjadi bangunan paling ambisius yang pernah dibangun di Maroko. Masjid Hassan II adalah satu dari dua masjid di negari ini.

"Dengan ruang untuk menampung 25.000 jemaah di dalamnya, halaman luar di sekitarnya menyediakan ruang untuk tambahan 80.000 orang," tulis Mandy Sinclair kepada Culture Trip dalam artikel berjudul History Of Hassan II Mosque In 1 Minute terbitan 2016.

Konteks sejarah masjid dimulai dengan kematian Raja Mohammed V pada tahun 1961. Raja Hassan II telah meminta pengrajin terbaik negara itu untuk maju dan mengajukan rencana mausoleum untuk menghormati almarhum raja.

Raja Hassan II menyatakan dalam pidatonya pada 9 Juli 1980, bahwa dia ingin 'membangun masjid ini di atas air, "karena singgasana Allah ada di atas air."

Orang beriman yang pergi ke masjid untuk beribadah dan menunaikan salat, merenungi langit dan lautan ciptaan Tuhan, dan memuji-Nya dari dalam masjid.

Karenanya masjid ini dibangun tepat berada di atas perairan Samudra Atlantik, riuh ombaknya dapat dilihat melalui lantai kaca dari dalam masjid.

Masjid ini mulai dikerjakan pada 12 Juli 1986, sekitar 6.000 pengrajin paling bergengsi di istana kerajaan. Mereka menggunakan bahan terbaik dari seluruh Maroko, seperti kayu cedar dari Pegunungan Atlas Tengah, dan marmer dari Agadir di pantai Atlantik selatan.

Proyek ambisius ini dirancang oleh arsitek Prancis bernama Michel Pinseau yang pernah tinggal di Maroko beberapa waktu, dan dibantu oleh tenaga dari kelompok teknik sipil Bouygues.

Pekerjaan konstruksi dilakukan sepanjang waktu untuk memastikan bangunan dapat selesai pada tanggal 30 Agustus 1993, bertepatan dengan momentum menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW.

Selama periode konstruksi yang paling intens, 1.400 orang bekerja pada siang hari, sementara 1.100 lainnya pada malam hari. Sejumlah 10.000 seniman dan pengrajin berpartisipasi dalam membangun dan mempercantik masjid.