Tercatat ada sekitar 6.000 pengrajin tradisional Maroko bekerja selama lima tahun untuk membuat mosaik yang melimpah dan indah, lantai dan kolom dari batu dan marmer, cetakan plester pahatan, dan langit-langit kayu yang diukir dan dicat dengan estetika.
Fitur khusus di masjid ini adalah semua strukturnya terbuat dari beton semen bertulang dan semua dekorasinya berdesain tradisional Maroko.
Biaya konstruksi, diperkirakan menghabiskan sekitar 585 juta euro, hingga menjadi isu perdebatan di Maroko. Pasalnya, negeri gurun Afrika ini berpenghasilan menengah ke bawah.
Hassan berambisi membangun sebuah masjid yang akan menjadi tempat ibadah yang istimewa kedua setelah masjid di Mekkah. Namun, pemerintah tengah kekurangan dana untuk membangun proyek sebesar itu.
Bangunan ini memadukan arsitektur Islam dan elemen Maroko, serta mencerminkan pengaruh Moor, sambil menampilkan desain perkotaan. Desainnya menampilkan elemen yang ditemukan di bangunan Maroko lainnya seperti masjid yang belum selesai di Rabat dan Masjid Koutoubia di Marrakesh.
Terdapat juga fitur dari benteng Romawi kuno yang diubah menjadi makam Raja Mohammed V dari Rabat. Ruang salatnya berada di bagian atas masjid yang ditutupi jendela.
Aula tengah memiliki pemanas terpusat, dan memberikan pemandangan bawah laut Samudra Atlantik yang spektakuler. Ukiran kayu, karya zellij, dan cetakan plesteran di ruang salat memiliki desain yang rumit dan sangat mengesankan.
Ada pula menara yang tinggi tampak mencakar langit. Menara ini memiliki sinar laser di bagian atas, yang dioperasikan secara elektronik di malam hari. Kabarnya, di menara Hassan II, perancang menggunakan warna hijau buih laut dan biru untuk menghormati kehidupan seorang raja.
Baca Juga: Arsitektur Masjid Córdoba: Simbolisme Islam-Kristen di Spanyol
Baca Juga: Dari Sebuah Tabir Mimpi, Hagia Sophia yang Menawan Mulai Berdiri
Baca Juga: Jejak Mansa Musa: Muslim Kaya Mendirikan Masjid Lumpur yang Megah