Seberapa Rumit Mendaftarkan Film di Lembaga Sensor Film Indonesia?

By National Geographic Indonesia, Minggu, 2 April 2023 | 07:00 WIB
Bagaimana cara mendaftarkan film kita ke Lembaga Sensor Film Republik Indonesia? (Freepik)

“Dengan memperoleh STLS (Surat Tanda Lulus Sensor), artinya LSF ikut bertanggung jawab apabila dalam peredarannya memperoleh permasalahan,” tegasnya.

Namun, terdapat proses tambahan supaya film kita bisa diputar di bioskop: format film yang kita buat harus disesuaikan dengan kebutuhan bioskop.

Selama ini kalau kita membuat video atau film untuk tayang di internet—kanal YouTube dan media sosial lainnya—cukup menggunakan format berkas MP4 atau MOV. Untuk bioskop, berkasnya berbeda. Kita harus menggunakan format DCP atau Digital Cinema Package.

Saya kelabakan karena tak pernah menggunakan format itu. Saya mencari-cari jasa untuk mengubah format ke DCP melalui internet. Harganya fantastis!

Hitungannya harganya per detik. Apabila film panjang bisa mencapai puluhan juta. Ada yang memberi penawaran Rp10 juta, ada juga yang sampai Rp24 juta untuk lima film yang saya buat.

Akhirnya, saya putuskan untuk mengubah sendiri ke format DCP. Saya dan anggota tim kerja saya mencari tahu. Untungnya pihak bioskop menyarankan untuk menggunakan perangkat lunak tak berbayar, DCP O-Matic yang bisa diunduh di internet.

Baca Juga: Kenapa Indonesia Bergradasi Warna Kuning di Serial 'The Last of Us'?

Baca Juga: Mengenal Ouija, Permainan Pemanggil Entitas Gaib dalam Film 'Veronica'

Baca Juga: Film 'Tegar' Menyerukan Kehidupan Masyarakat Indonesia yang Inklusif

Baca Juga: Namor, 'Villain' Film Black Panther 2 Diambil dari Mitologi Aztec 

Cara ini sangat membantu insan perfilman, terutama film-film indi agar tak harus mengeluarkan dana besar untuk bisa tayang di bioskop.

Kami pun bisa mengubah ke format DCP dan penayangannya di bioskop pun sukses. 

Apabila semua proses produksi, perizinan, sensor dan lainnya dalam dunia kreatif lebih dimudahkan lagi, banyak penggiat seni dan budaya akan bersemangat membuat produksi-produksi kreatif seperti musik, pertunjukan, dan film.

Mereka mencari dana sendiri, membuat pertunjukan sendiri, mengurus sensornya sendiri, sampai menyewa bioskop sendiri untuk menayangkannya.

Apalagi pemerintah berencana membangun bioskop-bioskop yang bersewa murah untuk penayangan film-film indi. Tujuannya, supaya dunia perfillman tidak dikuasai pemilik modal besar yang menentukan siapa yang berhak tayang di bioskopnya.

Maka, semua akan indah pada waktunya!