Meskipun mereka menyinggung semua komunitas Ottoman dengan politik Turkifikasi mereka, mereka bersentuhan dengan orang Yahudi karena membantu Para Pemuda Turki merebut kekuasaan.
Ada banyak orang Yahudi, Freemason, dan Sabataist di antara Para Pemuda Turki. Salah satunya, bankir Yahudi dan Freemason Emmanuel Carasso, yang merupakan teman dari Wazir Agung Talat Pasha serta anggota delegasi yang menyatakan kepada Sultan Abdülhamid II bahwa ia telah diturunkan dari takhtanya.
Deputi Thessaloniki, Carasso, adalah orang yang paling berkuasa pada masanya dan juga pengatur migrasi orang Yahudi ke Palestina.
Para Pemuda Turki membayar utang mereka dengan membantu Carasso memperbanyak kekayaannya dan membiarkannya menjalankan pasar gelap selama Perang Besar.
Kelompok ini membuat kesepakatan dengan Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, pada tahun 1917. Dengan Deklarasi Balfour, Kerajaan Inggris memberikan lampu hijau bagi sebuah negara Yahudi di tanah Palestina.
Ketika tentara Ottoman di bawah komando Mustafa Kemal dikalahkan di Suriah, Palestina diduduki oleh Inggris pada tahun 1918. Ini adalah prinsip umum bahwa pasukan penjajah tidak diizinkan mengambil tindakan terhadap properti pribadi: Hanya tanah yang dimiliki oleh negara yang berganti tangan.
Oleh karena itu, tanah-tanah yang dimiliki oleh Sultan Abdülhamid dan dirampas oleh Para Pemuda Turki diambil alih oleh Inggris.
Setelah pendudukan Inggris, permukiman Yahudi di Palestina meningkat. Sekarang, orang Yahudi juga dapat membeli tanah. Orang Arab dipaksa untuk menjual tanah mereka karena mereka ekonominya tertekan dan terpinggirkan.
Masa-masa sulit
Dalam sebuah surat dari Sultan Abdülhamid II, yang berasal dari Tarekat Shadhili kepada Syekh Shadhili Abu'Shamat Mahmud, tertanggal 22 September 1913, Sultan Abdülhamid berkata:
"Saya berhenti menjadi khalifah karena penindasan dan ancaman dari Pemuda Turki. Kelompok ini bersikeras agar saya menyetujui pendirian negara Yahudi di Palestina. Saya menolak usulan ini. Mereka akhirnya menawarkan 150 juta keping emas Inggris. Saya menolaknya juga dan saya katakan kepada mereka: 'Saya tidak akan pernah setuju dengan kalian meskipun kalian tidak menawarkan 150 juta emas Inggris, tetapi semua emas di seluruh dunia. Saya melayani komunitas Muslim selama lebih dari 30 tahun. Saya tidak mengecewakan nenek moyang saya. Setelah jawaban terakhir saya, mereka menyetujui pemecatan saya dan mengirim saya ke Tesalonika. Saya berdoa kepada Allah, saya tidak menerima untuk mendirikan sebuah negara baru di tanah Palestina di atas tanah Ottoman dan komunitas Islam."
Baca Juga: Mandat Britania di Palestina, Awal Mula Konflik Israel-Palestina