School on The Beach, Program untuk Menjaga Ekosistem Pulau Terpencil

By Utomo Priyambodo, Rabu, 5 April 2023 | 07:27 WIB
Program pendidikan School On The Beach dibuka kembali di Pulau Bangka, Sulawesi Utara. (NTTI)

Nationalgeographic.co.id—Yayasan Segitiga Non-Sampah (No-Trash Triangle Initiative/NTTI), bekerja sama dengan Seasoldier, kembali meluncurkan School On The Beach. Ini adalah program pendidikan inovasi yang akan mengajarkan siswa sekolah menengah pertama di Pulau Bangka, Sulawesi Utara, tentang lingkungan sekitar mereka dan pentingnya menjaga kebersihan laut kita.

Program ini diluncurkan kembali sejak Sabtu, 25 Maret 2023, di SMPN 3 Likupang Timur di Desa Lihunu, Pulau Bangka. Program pendidikan ini akan berlangsung selama sepuluh minggu.

Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan model yang dapat diadaptasi dan berkelanjutan yang dapat diluncurkan ke pulau-pulau kecil dan garis pantai Indonesia lainnya. Ini semua demi mengatasi masalah sampah plastik dan membantu melestarikan kawasan Segitiga Terumbu Karang.

Program pendidikan ini akan membahas topik-topik seperti terumbu karang, bakau, padang lamun, dan biota laut lainnya. Program ini juga akan membawa siswa keluar kelas untuk mempelajari tentang ekosistem tersebut.

School On The Bus pertama kali diluncurkan pada bulan Juli 2019 dan berjalan sukses. Sebanyak 28 siswa lulus sebagai Duta Laut di akhir rangkaian pelajaran program ini.

Kesadaran, antusias, dan hasil pembelajaraan pada anak-anak dan guru sangatlah positif. "Perpaduan antara pembelajaran berbasis kelas dan kegiatan langsung seperti penanaman bakau, pembersihan pantai dan snorkeling menjadikan program yang berkesan serta menginspirasi semangat dan tindakan dari para peserta," kata NTTI dalam keterangan tertulisnya.

Setelah tahun 2019, sekolah-sekolah di Pulau Bangka ditutup selama hampir 18 bulan karena pandemi virus corona. Jadi, NTTI tidak bisa menjalankan program lanjutan yang dibutuhkan untuk mengedukasi anak-anak di pulau sampai bulan Maret 2023.

Kali ini NTTI telah mempersiapkan selama 12 bulan terakhir dan membangun kembali layanan pengelolaan sampah mereka, serta memperkuat hubungan mereka dengan kelompok masyarakat dan bisnis lokal. Berkat kemitraan dengan resor lokal, NTTI akhirnya bisa menjalankan program pendidikan ini untuk kedua kalinya.

Program ini telah dibina kembali dengan bekerja sama dengan komunitas lokal sebagai pusat pembelajaran. Pelajaran dalam program kedua ini diajarkan oleh pemuda pecinta lingkungan dari Seasoldier, yang akan bertindak sebagai mentor dan panutan bagi siswa SMP di Lihunu.

Semua peserta akan menerima sertifikat di akhir program untuk mengapresiasi secara resmi dan menjadikan status mereka sebagai Duta Laut.

Para pelajar SMP yang telah menjalani dan lulus program School On The Beach akan dilantik menjadi Duta Laut di akhir program. (NTTI)

Selain mengajar para siswa, NTTI telah bermitra dengan sekolah dan CV Daur Sinar Gemilang untuk mendaur ulang limbahnya dengan benar. Tempat sampah terpisah yang tepat telah disediakan untuk sekolah dan pengumpulan sampah telah diatur.

Relawan dari kelompok siswa diberi tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman sekelas mereka menggunakan tempat sampah dengan benar.

NNTI baru-baru ini juga memperluas solusi pengelolaan sampah ke pulau lain seperti Siladen dan Gangga. Hal ini bertujuan untuk memperluas program pendidikan School On The Beach dan menjangkau sebanyak mungkin komunitas dalam upaya menghentikan polusi plastik dari sumbernya.

Mereka percaya pendidikan adalah salah satu alat paling kuat yang dapat mereka berikan kepada generasi penerus, pembuat perubahan berikutnya.

Kepala sekolah SMP setempat, Jodi Umboh, mengatakan, “Kami senang dengan adanya Yayasan Segitiga Non Sampah (NTTI) dan Seasoldier kembali untuk mengajarkan kepada siswa kami tentang pentingnya menjaga lingkungan mereka. Ini adalah bagian penting dari pendidikan mereka dan mudah-mudahan akan membantu melindungi Pulau Bangka untuk generasi mendatang."

Namun, seperti halnya di banyak pulau kecil di Indonesia, lingkungan Pulau Bangka yang indah sedang terancam karena plastik di laut dan air yang tercemar.

Baca Juga: Indonesia Masuk Sepuluh Besar Negara Pengimpor Sampah Plastik Global

Baca Juga: Menggelisahkan, Ilmuwan Temukan Batuan Plastik di Pulau Terpencil

Baca Juga: Kebanyakan Sampah Plastik di Pantai Afrika Ini Berasal dari Indonesia 

Pulau Bangka terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang yang merupakan lingkungan laut paling tinggi keanekaragaman hayatinya. Wilayah ini dihuni oleh bermacam terumbu karang yang indah dan berbagai kehidupan laut.

Segitiga Terumbu Karang Dunia meliputi enam negara, yakni Indonesia, Filipina, Kepulauan Salomon, Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Wilayah ini secara khusus memegang kedudukan penting bagi kelangsungan hidup laut dunia. Selain sebagai sumber utama makanan dan mata pencaharian, lokasi ini merupakan penopang bagi sekitar 120 juta manusia.

NTTI telah bekerja di Sulawesi Utara sejak 2017 untuk membuat program pengelolaan sampah dan keterlibatan masyarakat yang dapat direplikasi di pulau lain.

Program School On The Beach berlangsung di kelas dan di lapangan atau alam untuk melihat langsung kondisi lingkungan sekitar. (NTTI)

“Kami melakukan banyak pembersihan pantai dengan resor mitra kami dan kelompok komunitas lokal, tetapi dalam jangka panjang, kami ingin mencegah plastik mencapai lautan sejak awal," kata NTTI.

“Salah satu hal paling berdampak yang dapat kami lakukan untuk menghentikan polusi plastik pada sumbernya adalah mengedukasi generasi berikutnya tentang kerusakan yang ditimbulkannya terhadap lingkungan laut yang berharga depan mata mereka sendiri.”

Selain bergerak di bidang pendidikan, Yayasan Segitiga Non Sampah juga mendukung penelitian ilmiah dan inovasi sambil memimpin program pengumpulan sampah yang bekerja di empat lokasi di Sulawesi Utara.

Sejauh ini, NNTI telah mengumpulkan lebih dari 25,9 ton sampah dari Pulau Bangka, yang sebagian besar dikirim untuk didaur ulang atau diproses secara baik dan benar.