Bagaimana Peradaban Muslim Mengeluarkan Eropa dari Zaman Kegelapan?

By Ricky Jenihansen, Kamis, 6 April 2023 | 11:00 WIB
Mariam al-Asturlabi, astronom penemu astrolobe pada abad pertengahan. Ilmuwan-ilmuwan muslim abad pertengahan menjadi tujuan orang-orang Eropa untuk belajar. (1001 Inventions archive)

Nationalgeographic.co.id—Eropa pada abad Abad Pertengahan, mulai abad ke-5 hingga ke-15, adalah Zaman Kegelapan (Dark Age), periode kelam ilmu pengetahuan. Masyarakat Eropa saat itu tenggelam dalam ketidaktahuan, banyak takhayul, pelecehan seksual dan penindasan sosial hingga buta huruf.

Tapi kemudian diceritakan, bahwa orang Eropa menemukan sejumlah teks dalam bahasa Yunani klasik, sekaligus memulihkan ingatan tentang masa lalu Yunani dan Romawi yang gemilang.

Cerita berlanjut, sains dan sastra mulai berkembang, dan dengan bantuan para filsuf Yunani yang brilian, orang-orang Eropa yang terbengkalai mampu melepaskan ketidaktahuan Abad Pertengahan dan membuka pintu sains dan peradaban.

Proses ini disebut "kelahiran kembali" peradaban klasik di Eropa, Renaisans, kurun waktu dari abad ke-14 sampai abad ke-17. Periode itu adalah Abad Pembaharuan yang merupakan masa peralihan dari Abad Pertengahan Akhir ke Zaman Modern.

Tapi kenyataannya, cerita tentang Renaisans semua hanya mitos. Ada banyak substansi sejarah yang hilang untuk mengabaikan kontribusi peradaban Islam. Renaisans sebenarnya telah  dimulai sejak abad ke-11 dan ke-12, dan itu tidak berasal dari Yunani dan Romawi.

Pada 1060, Normandia menaklukkan Sisilia sementara beberapa waktu kemudian pada 1085, Reconquista merebut kota Toledo.

Baik Sisilia maupun Toledo menjadi pusat di mana budaya sains dan pembelajaran muslim mulai menyebar ke seluruh Eropa, menciptakan percikan pembelajaran di kalangan orang Kristen Eropa.

EJ Holymard menulis hal tersebut sebagai kata pengantar dalam buku "Richard Russel, The Works of Geber: New Edition" pada tahun 1928 seperti dikutip Al Hakam Weekly

“Selama abad ke-12 dan ke-13 terjadi kebangkitan ilmiah di Eropa, dan para sarjana dari negara-negara Kristen Eropa melakukan perjalanan ke universitas-universitas muslim di Spanyol, Mesir, Suriah, dan bahkan Maroko untuk memperoleh pengetahuan dari musuh mereka dalam agama tetapi teman dalam belajar," tulis Richard Russel.

"Ilmu pengetahuan Arab segera mulai menyaring, dan pada pertengahan abad ketiga belas tetesan itu telah menjadi sungai.”

Martir perawan Santo Agatha dari Sisilia. Eropa abad pertengahan, sebelum muncul peradaban Islam adalah zaman kegelapan yang dipenuhi penindasan dan pelecehan seksual. (Sebastiano del Piombo)

“Ilmuwan pertama Inggris”, Adelard of Bath, menjelaskan apa yang dia pelajari dari para master Arabnya dengan kata-kata berikut.