Bagaimana Peradaban Muslim Mengeluarkan Eropa dari Zaman Kegelapan?

By Ricky Jenihansen, Kamis, 6 April 2023 | 11:00 WIB
Mariam al-Asturlabi, astronom penemu astrolobe pada abad pertengahan. Ilmuwan-ilmuwan muslim abad pertengahan menjadi tujuan orang-orang Eropa untuk belajar. (1001 Inventions archive)

Universitas Eropa pertama adalah Universitas Bologna (1088), Paris (1150), Oxford (1167), Cambridge (1209), Padua (1222) dan Naples (1224).

Seorang dosen universitas di Padua (Italia) dikelilingi oleh dua belas gelar sarjana penting, enam di antaranya muslim dan seorang lagi adalah Yahudi.

Di rak paling atas, penulis klasik Aristoteles, Hippocrates dan Galen diikuti oleh ilmuwan muslim Ibu Sina yang dikenal dengan nama (Avicenna), Haly Abbas, Rhazes dan Averroës.

Di rak di bawah kabinet adalah Konsiliator sarjana Inggris Abad Pertengahan Peter Abano, karya Ishak orang Yahudi dan karya ahli bedah Arab Ibnu Zuhri atau yang dikenal dengan nama Avenzoar di Eropa. (Singer & Rabin, A Prelude to Modern Science, Cambridge University Press. 1946).

Sejak saat itu, ilmuwan-ilmuwan muslim telah memenuhi Eropa dengan ilmu pengetahuan. Merela melakukan penelitian intensif dalam berbagai bidang, termasuk matematika, astronomi, kimia, dan kedokteran.

Penemuan-penemuan mereka bahkan akan melampaui batas-batas zaman, seperti misalnya penemuan konsep nol dan sistem bilangan desimal, yang merupakan dasar dari matematika modern oleh Al-Khawarizmi.

Baca Juga: Reruntuhan Kota Kuno Azahara, Peradaban Islam yang Hilang di Spanyol

Baca Juga: Pernah Jaya, Inilah Kedigdayaan Senjata Perang Kaum Muslim Tempo Dulu

Baca Juga: Timbuktu, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam di Afrika Barat

Baca Juga: Hala Sultan Tekke: Situs Suci Muslim dan Situs Bersejarah Siprus 

Oleh orang eropa, Al-Khawarizmi lebih dikenal dengan sebutan Algoritma dan tanpa penemuannya, mungkin tidak akan ada dunia internet seperti yang kita kenal sekarang.

Tapi, setelah banyak peradaban Arab yang diserap oleh orang-orang Eropa serta dominasi ilmuwan Islam, telah menyebabkan perasaan tidak nyaman di kalangan orang Kristen Eropa yang sejak awal merasa mereka telah kehilangan identitas.

Kegelisahan itulah yang kemudian menjadi fondasi Renaisans yang secara harfiah adalah "kelahiran kembali" budaya klasik di Eropa, ini perlu dikisahkan dalam bab terpisah.

Renaisans ini, kenyataanya hanyalah sesuatu yang spontan dan citra artifisial yang dipaksakan untuk mengabaikan kontribusi peradaban muslim di Eropa. Renaisans memang mulai dari abad ke-14, tetapi sebenarnya Eropa telah menyerap peradaban muslim dari abad ke-11, atau tiga abad sebelumnya.