Analisis Kulit Telur Dinosaurus Mengungkap Nenek Moyang Ayam

By Ricky Jenihansen, Rabu, 5 April 2023 | 12:00 WIB
Dinosaurus Troodon, nenek moyang burung berbagi sarang komunal sekitar 75 juta tahun yang lalu. (Mike/iStock)

Prevalensi penggumpalan isotop, yang bergantung pada suhu, memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan suhu di mana karbonat mengkristal.

Saat menganalisis kulit telur Troodon, tim peneliti dapat menentukan bahwa kulit telur dihasilkan pada suhu 42 dan 30 derajat Celcius.

Impresi artis, beberapa betina Troodon bertelur di sarang komunal. (Alex Boersma/PNAS)

Mattia Tagliavento, penulis utama studi ini, menjelaskan, bahwa komposisi isotop kulit telur Troodon memberikan bukti bahwa hewan yang telah punah ini memiliki suhu tubuh 42°C, dan bahwa mereka mampu menurunkannya hingga sekitar 30°C, seperti burung modern.

Para ilmuwan kemudian membandingkan komposisi isotop kulit telur reptil buaya, aligator, dan berbagai spesies kura-kura. Kemudian untuk burung modern, yaitu ayam, burung pipit, burung gelatik, emu, kiwi, kasuari, dan burung unta.

Tujuannya untuk memahami apakah Troodon lebih dekat dengan burung atau reptil. Mereka mengungkapkan dua pola isotop yang berbeda.

Kulit telur reptil memiliki komposisi isotop yang cocok dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan hewan ini yang berdarah dingin dan perlahan membentuk telurnya.

Baca Juga: Memiliki Banyak Kesamaan, Apakah Ayam Adalah Keturunan Dinosaurus?

Baca Juga: Sejarah Ayam Dipuja dan Dimuliakan Berabad-Abad Kemudian 'Dihinakan'

Baca Juga: Dulunya Hewan Liar, Sejak Kapan Ayam Dipelihara dan Dijinakkan?

Baca Juga: Jadi Perdebatan, Bisakah Kita Membedakan Dinosaurus Jantan dan Betina?

Burung, bagaimanapun, meninggalkan tanda non-termal yang dapat dikenali dalam komposisi isotop, yang menunjukkan bahwa pembentukan cangkang telur terjadi sangat cepat.