Analisis Kulit Telur Dinosaurus Mengungkap Nenek Moyang Ayam

By Ricky Jenihansen, Rabu, 5 April 2023 | 12:00 WIB
Dinosaurus Troodon, nenek moyang burung berbagi sarang komunal sekitar 75 juta tahun yang lalu. (Mike/iStock)

Tim ilmuwan internasional telah mengembangkan metode untuk menganalisis kulit telur dinosaurus Troodon, dinosaurus burung seperti theropoda. Analisis baru tersebut mengungkap bagaimana nenek moyang burung atau unggas berbulu, seperti ayam, tersebut bertelur.

Ilmuwan dari Jerman, Austria, Kanada, Belanda dan Amerika Serikat bersama dalam tim peneliti menerapkan metode analisis karbonat baru pada cangkang telur dari Troodon, reptil dan burung. Karbonat adalah garam dari asam karbonat yang dicirikan oleh adanya ion karbonat.

Analisis baru tersebut telah dijelaskan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dengan judul "Evidence for heterothermic endothermy and reptile-like eggshell mineralization in Troodon, a non-avian maniraptoran theropod" yang dapat diperoleh secara daring.

Dalam jutaan tahun dan dengan rangkaian perubahan kecil yang panjang, evolusi telah membentuk kelompok dinosaurus tertentu, theropoda, menjadi burung yang kita saksikan terbang mengelilingi planet hari ini.

Faktanya, burung adalah satu-satunya keturunan dinosaurus yang selamat dari bencana kepunahan 66 juta tahun lalu yang mengakhiri periode Cretaceous.

Troodon adalah theropoda seperti itu. Dinosaurus karnivora memiliki panjang sekitar dua meter dan menghuni lanskap semi kering yang luas di Amerika Utara sekitar 75 juta tahun yang lalu.

Seperti beberapa kerabat dinosaurusnya, Troodon menampilkan beberapa ciri mirip burung seperti tulang berongga dan ringan. Troodon berjalan dengan dua kaki dan memiliki sayap berbulu yang berkembang sempurna, tetapi ukurannya yang relatif besar menghalanginya untuk terbang.

Sebaliknya, ia mungkin berlari cukup cepat dan menangkap mangsanya menggunakan cakarnya yang kuat. Troodon betina bertelur lebih mirip dengan telur asimetris burung modern daripada telur bulat reptil, kerabat tertua dari semua dinosaurus.

Telur-telur ini diwarnai dan ditemukan setengah terkubur ke dalam tanah, mungkin memungkinkan Troodon untuk duduk dan mengerami mereka.

Tim ilmuwan internasional teresbut dipimpin oleh Mattia Tagliavento dan Jens Fiebig dari Goethe University Frankfurt, Jerman, kini telah meneliti kalsium karbonat dari beberapa cangkang telur Troodon yang terawetkan dengan baik.

Para peneliti menggunakan metode yang dikembangkan oleh kelompok Fiebig pada 2019 yang disebut "termometri isotop rumpun ganda".

Dengan menggunakan metode tersebut, mereka dapat mengukur sejauh mana varietas yang lebih berat (isotop) dari oksigen dan karbon menggumpal dalam mineral karbonat.

Prevalensi penggumpalan isotop, yang bergantung pada suhu, memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan suhu di mana karbonat mengkristal.

Saat menganalisis kulit telur Troodon, tim peneliti dapat menentukan bahwa kulit telur dihasilkan pada suhu 42 dan 30 derajat Celcius.

Impresi artis, beberapa betina Troodon bertelur di sarang komunal. (Alex Boersma/PNAS)

Mattia Tagliavento, penulis utama studi ini, menjelaskan, bahwa komposisi isotop kulit telur Troodon memberikan bukti bahwa hewan yang telah punah ini memiliki suhu tubuh 42°C, dan bahwa mereka mampu menurunkannya hingga sekitar 30°C, seperti burung modern.

Para ilmuwan kemudian membandingkan komposisi isotop kulit telur reptil buaya, aligator, dan berbagai spesies kura-kura. Kemudian untuk burung modern, yaitu ayam, burung pipit, burung gelatik, emu, kiwi, kasuari, dan burung unta.

Tujuannya untuk memahami apakah Troodon lebih dekat dengan burung atau reptil. Mereka mengungkapkan dua pola isotop yang berbeda.

Kulit telur reptil memiliki komposisi isotop yang cocok dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan hewan ini yang berdarah dingin dan perlahan membentuk telurnya.

Baca Juga: Memiliki Banyak Kesamaan, Apakah Ayam Adalah Keturunan Dinosaurus?

Baca Juga: Sejarah Ayam Dipuja dan Dimuliakan Berabad-Abad Kemudian 'Dihinakan'

Baca Juga: Dulunya Hewan Liar, Sejak Kapan Ayam Dipelihara dan Dijinakkan?

Baca Juga: Jadi Perdebatan, Bisakah Kita Membedakan Dinosaurus Jantan dan Betina?

Burung, bagaimanapun, meninggalkan tanda non-termal yang dapat dikenali dalam komposisi isotop, yang menunjukkan bahwa pembentukan cangkang telur terjadi sangat cepat.

Tagliavento mengatakan, mereka berpikir tingkat produksi yang sangat tinggi ini terkait dengan fakta bahwa burung, tidak seperti reptil, memiliki satu ovarium.

"Karena mereka hanya dapat menghasilkan satu telur pada satu waktu, burung harus melakukannya lebih cepat," katanya.

Saat membandingkan hasil ini dengan kulit telur Troodon, para peneliti tidak mendeteksi komposisi isotop yang khas pada burung.

Tagliavento yakin, hal itu menunjukkan bahwa Troodon membentuk telurnya dengan cara yang lebih sebanding dengan reptil modern, dan ini menyiratkan bahwa sistem reproduksinya masih terdiri dari dua ovarium.

Para peneliti akhirnya menggabungkan hasil mereka dengan informasi yang ada mengenai berat badan dan cangkang telur, menyimpulkan bahwa Troodon hanya menghasilkan 4 sampai 6 telur per fase reproduksi.

“Pengamatan ini sangat menarik karena sarang Troodon biasanya berukuran besar, berisi hingga 24 telur”, jelas Tagliavento.

"Kami pikir ini adalah dugaan kuat bahwa betina Troodon bertelur di sarang komunal, perilaku yang kita amati hari ini di antara burung unta modern."

Ini adalah temuan yang sangat menarik, komentar Jens Fiebig. “Awalnya, kami mengembangkan metode isotop rumpun ganda untuk secara akurat merekonstruksi suhu permukaan Bumi dari era geologi masa lalu," katanya.

"Studi ini menunjukkan bahwa metode kami tidak terbatas pada rekonstruksi suhu, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mempelajari bagaimana biomineralisasi karbonat berevolusi sepanjang sejarah Bumi.”