Perunggu Benin Dibuat dari Mata Uang Eropa untuk Membeli Budak Afrika

By Ricky Jenihansen, Minggu, 9 April 2023 | 14:00 WIB
'Grup altar dengan ibu ratu' adalah salah satu dari lebih dari 3.000 Perunggu Benin yang dijarah dari Benin selama ekspedisi militer Inggris tahun 1897. (Jens Schlueter)

"Manilla Rhineland kemudian dikirim lebih dari 6.300 kilometer ke Benin. Ini adalah pertama kalinya hubungan ilmiah dibuat."

Manilla, yang mendapatkan namanya dari kata Spanyol untuk borgol atau gelang tangan, berfungsi sebagai mata uang bagi para budak Eropa, yaitu Inggris, Portugis, Spanyol, Denmark, Belanda, dan Prancis.

Mereka berlayar ke Afrika untuk menukar jutaan gelang ini dengan emas, gading, dan budak. Orang-orang Eropa membawa gelang atau borgol tersebut untuk membeli budak-budak dari Afrika untuk dibawa ke Eropa.

Manilla sangat dihargai di Afrika, dengan berbagai jenis diperdagangkan di antara orang-orang yang berbeda kemudian dibuat menjadi patung.

Kemudian, pada tahun 1897, pasukan Inggris menginvasi Benin sebagai bagian dari ekspedisi militer hukuman, mengubah istana kerajaan Benin menjadi puing-puing. Inggris menyita Perunggu Benin sebelum menjualnya ke museum di seluruh Eropa dan AS.

Untuk melacak asal muasal gelang tersebut, para peneliti melakukan analisis kimia pada 67 manilla yang ditemukan di lima bangkai kapal Atlantik yang membentang dari Selat Inggris ke Cape Cod, Massachusetts, dan di situs penggalian darat di Ghana, Sierra Leone, dan Swedia.

Baca Juga: Perdagangan Budak Belanda di Transatlantik, Dari Afrika hingga Amerika

Baca Juga: Ada Berapa Banyak Orang yang Diperbudak di Dunia Ini?

Baca Juga: Still Standing: Sebuah Seni Peringatan Serangan Inggris terhadap Benin

Dengan membandingkan unsur-unsur yang ditemukan di dalam manilla, bersama dengan rasio isotop timbalnya (varian timbal dengan jumlah neutron yang berbeda dalam intinya), dengan yang ada di dalam Perunggu Benin, para ilmuwan menemukan bahwa keduanya mirip dengan bijih yang terletak di wilayah, Rhineland Jerman.

Para ilmuwan mencatat bahwa temuan mereka sangat cocok dengan bukti dari sumber sejarah. Misalnya, kontrak tahun 1548 antara keluarga pedagang Jerman dan raja Portugis merinci persyaratan khusus untuk produksi dua jenis manilla.

Masing-masing untuk wilayah berbeda di Afrika di mana satu jenis manilla tertentu lebih dihargai dengan hati-hati menetapkan beratnya, tingkat kualitas, dan bentuk.

Penemuan ini menambah dimensi ekstra pada keterlibatan Jerman dengan Perunggu Benin, dan pada kisah yang lebih luas tentang bagian negara itu dalam kolonisasi Eropa di Afrika.

Sebelum temuan ini, sebagian besar sejarawan memusatkan perhatian pada upaya mencegah kolonisasi Jerman setelah Konferensi Berlin 1884-1885, di mana kekuatan Eropa bertemu untuk menyepakati pembagian Afrika menjadi wilayah pengaruh yang berbeda.

Nigeria dan Pemerintah Negara Bagian Edo telah lama mengajukan petisi untuk mengembalikan karya seni tersebut, yang koleksi terbesarnya ada di British Museum di London.

Museum Horniman, museum Inggris lainnya, serta Cambridge University, telah mengembalikan koleksi Perunggu Benin mereka, bersama dengan museum di Jerman dan AS.