Kisah Hidup nan Memilukan Deokhye, Putri Terakhir Kekaisaran Korea

By Sysilia Tanhati, Kamis, 13 April 2023 | 08:00 WIB
Deokhye adalah putri terakhir dari Kekaisaran Korea atau Dinasti Joseon. Terlahir sebagai keluarga kerajaan, ia justru menjalani kehidupan yang memilukan. (Public Domain)

Ia mengalami disintegrasi kognitif yang cepat dan delusi. Diperkirakan kematian ibunya memicu berkembangnya kondisi ini.

Putri Deokhye dinikahkan dengan bangsawan Jepang

Sebagai bagian dari rencana kolonialis untuk mengasimilasi keluarga kekaisaran, pemerintah Jepang menikahkan sang putri dengan seorang bangsawan Jepang. Suaminya bernama Takeyuki So, yang merupakan seorang penyair.

Pada usianya yang baru 19 tahun, dia menikah dengan bangsawan itu. Pernikahannya memenuhi rencana pemerintah kolonialis Jepang untuk melanjutkan propaganda mereka. Selama dan sebelum pernikahan mereka, gejala skizofrenia tampak membaik. Namun, dalam setahun, kondisinya makin memburuk.

Pasangan itu memiliki seorang putri bernama Masae pada tahun 1932, sementara kondisinya masih belum terlalu parah. Takeyuki merawat Deokhye dan pernikahan mereka dikatakan bahagia. Namun kondisi kesehatan mental yang memburuk membuat pasangan itu kehilangan banyak uang untuk perawatan.

Putri Dokhye sempat menjalani kehidupan pernikahan dengan suaminya yang berasal dari keluarga bangsawan Jepang. (Public Domain)

Keadaan menjadi lebih buruk bagi pasangan itu ketika Jepang kalah dalam Perang Pasifik pada tahun 1945. Para bangsawan Jepang kehilangan status dan hak istimewa mereka, juga kekayaan. Takeyuki tidak mampu melanjutkan pengobatan Deokhye. Keduanya bercerai pada tahun yang sama.

10 tahun setelah perceraian mereka, pada tahun 1955, Deokhye kehilangan putri satu-satunya karena bunuh diri. Masae mengalami diskriminasi karena keturunan setengah Korean. Ia pun memutuskan untuk bunuh diri.

Setelah perceraian dan kembali ke Korea

Setelah perceraian, dia ditahan oleh pamannya dan dimasukkan ke bangsal mental selama 15 tahun.

Keluarga kekaisaran mendorongnya untuk kembali ke Korea setelah kemerdekaan Korea Utara dan Selatan. Namun pemerintah kedua rezim menolak untuk menerima keluarga kekaisaran yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Baru pada tahun 1962, setelah pengunduran diri Presiden Syngman Rhee dari Korea Selatan, Deokhye diizinkan kembali ke rumahnya.

Pada 16 Januari 1962, dia tiba di Korea Selatan tetapi kesehatannya memburuk. Secara mental dia seperti gadis kecil, sering kesulitan berbicara, membaca, dan menulis. Deokhye dirawat di rumah sakit Universitas Nasional Seoul segera, dirawat karena skizofrenia.