Manusia Membutuhkan Ekosistem Seperti Bumi untuk Hidup di Luar Angkasa

By Wawan Setiawan, Minggu, 16 April 2023 | 16:00 WIB
Bahkan di pos-pos kosmik masa depan seperti Mars, yang digambarkan dalam rendering artistik ini, manusia harus mempertimbangkan dengan cermat untuk meniru kondisi alam yang ditemukan di Bumi, menurut teori baru yang disebut Pancosmorio. (NASA/JPL)

Nationalgeographic.co.id - Keadaaan planet Bumi semakin mengkhawatirkan. Perubahan iklim yang sudah nampak dan kita alami saat ini telah menimbulkan banyak sekali peristiwa-peristiwa alam yang mengarah kepada kehancuran. Apakah dengan begini, dunia kita akan hancur? Lalu, adakah harapan bagi kita?

Tidak sedikit dari para ilmuwan terutama astronom yang terus melakukan pencarian dunia baru di luar Bumi yang dapat dijadikan sebagai Bumi kedua kelak. Namun, pencarian ini bahkan masih di luar jangkauan kita.

Meskipun telah banyak planet-planet baru yang ditemukan di luar sana, tetapi tidak ada satu pun yang benar-benar mirip dengan Bumi.

Terlepas dari penemuan planet yang mirip dengan Bumi, sebuah pertanyaan terlontar, bisakah manusia bertahan hidup dalam jangka waktu panjang di luar angkasa?

Jawabannya mungkin suam-suam kuku, menurut teori baru yang menggambarkan kompleksitas menjaga gravitasi dan oksigen, mendapatkan air, mengembangkan pertanian, dan menangani limbah yang jauh dari Bumi.

Dijuluki teori Pancosmorio—sebuah kata yang diciptakan di mana memiliki arti "semua batas dunia"—itu dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan 6 Maret 2023 di jurnal Frontiers in Astronomy and Space Sciences.

Makalah tersebut diberi judul “Pancosmorio (world limit) theory of the sustainability of human migration and settlement in space.”

"Agar manusia dapat menopang diri mereka sendiri dan semua teknologi, infrastruktur, dan masyarakat mereka di luar angkasa, mereka membutuhkan ekosistem alami yang memulihkan diri, seperti Bumi, untuk mendukung mereka," kata anggota tim penulis Morgan Irons, seorang mahasiswa doktoral yang melakukan penelitian dengan Johannes Lehmann, profesor di School of Integrative Plant Science di Cornell University.

Karya mereka berfokus pada persistensi karbon organik tanah di bawah gravitasi bumi dan berbagai kondisi gravitasi. "Tanpa sistem semacam ini, maka misi apa pun untuk menjajah ruang angkasa pasti akan gagal," tekannya.

Mahasiswa doktoral Morgan Irons, kanan, dan ayahnya Lee Irons, seorang fisikawan, telah merinci teori Pancosmorio mereka – sebuah kata yang diciptakan untuk berarti - semua batas dunia – dijelaskan dalam makalah baru tentang bagaimana manusia dapat hidup jauh dari Bumi. (Blaine Friedlander, Cornell Chronicle)

“Kunci pertama adalah gravitasi, yang dibutuhkan kehidupan Bumi untuk berfungsi dengan baik,” kata rekan penulis Lee Irons, ayah Morgan Irons dan direktur eksekutif Institut Norfolk, sebuah kelompok yang bertujuan untuk memecahkan masalah ketahanan manusia di Bumi dan di luar angkasa.

"Gravitasi menginduksi gradien tekanan fluida di dalam tubuh makhluk hidup yang selaras dengan fungsi otonom dari bentuk kehidupan," katanya. "Contoh ketidakseimbangan gravitasi akan berdampak negatif pada penglihatan manusia di orbit Bumi, di mana mereka tidak mengalami beban yang diperlukan untuk menginduksi gradien tekanan."