Nationalgeographic.co.id - Medan magnet bumi lebih dari sekadar menjaga jarum kompas semua orang menunjuk ke arah yang sama. Ini juga membantu melestarikan sepotong atmosfer yang menopang kehidupan di Bumi dengan membelokkan partikel dan plasma berenergi tinggi yang secara teratur terlontar dari matahari.
Para peneliti sekarang telah mengidentifikasi calon planet seukuran Bumi di tata surya lain sebagai kandidat utama untuk planet yang juga memiliki medan magnet—YZ Ceti b, planet berbatu yang mengorbit bintang sekitar 12 tahun cahaya dari Bumi.
Peneliti Sebastian Pineda dan Jackie Villadsen mengamati sinyal radio berulang yang berasal dari bintang YZ Ceti menggunakan Karl G. Jansky Very Large Array, sebuah teleskop radio yang dioperasikan oleh National Radio Astronomy Observatory milik U.S. National Science Foundation.
Penelitian oleh Pineda dan Villadsen untuk memahami interaksi medan magnet antara bintang jauh dan planet yang mengorbitnya didukung oleh NSF. Hasil penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy pada 3 April 2023 dengan judul “Coherent radio bursts from known M-dwarf planet-host YZ Ceti.”
"Pencarian dunia yang berpotensi layak huni atau yang menopang kehidupan di tata surya lain sebagian bergantung pada kemampuan untuk menentukan apakah planet ekstrasurya yang berbatu dan mirip Bumi benar-benar memiliki medan magnet," kata Joe Pesce dari NSF, direktur program untuk National Radio Astronomy Observatory.
"Penelitian ini tidak hanya menunjukkan bahwa planet ekstrasurya berbatu ini kemungkinan besar memiliki medan magnet, tetapi juga menyediakan metode yang menjanjikan untuk menemukan lebih banyak lagi," tambahnya.
Medan magnet sebuah planet dapat mencegah atmosfer planet itu terkikis dari waktu ke waktu oleh partikel yang dimuntahkan dari bintangnya, jelas Pineda, astrofisikawan di University of Colorado. "Apakah sebuah planet bertahan dengan atmosfer atau tidak bergantung pada apakah planet tersebut memiliki medan magnet yang kuat atau tidak."
"Saya melihat hal yang belum pernah dilihat orang sebelumnya," kenang Villadsen, seorang astronom di Universitas Bucknell, saat dia pertama kali mengisolasi sinyal radio saat mengisi data di rumahnya pada akhir pekan.
"Kami melihat semburan awal dan tampak indah," kata Pineda. "Ketika kami melihatnya lagi, itu sangat menunjukkan bahwa, oke, mungkin kami benar-benar memiliki sesuatu di sini."
Para peneliti berteori bahwa gelombang radio bintang yang mereka deteksi dihasilkan oleh interaksi antara medan magnet planet ekstrasurya dan bintang yang diorbitnya.
Namun, agar gelombang radio seperti itu dapat dideteksi dari jarak jauh, gelombang tersebut harus sangat kuat. Sementara medan magnet sebelumnya telah terdeteksi pada exoplanet masif seukuran Jupiter, melakukannya untuk eksoplanet seukuran Bumi yang relatif kecil membutuhkan teknik yang berbeda.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR