Mitos Khasiat Gigi Naga yang Mendatangkan Petaka di Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 17 April 2023 | 18:41 WIB
Naga merupakan makhluk mitologi yang sangat penting di Tiongkok. Gigi naga dipercaya memiliki khasiat kesehatan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Mitos ini menyebabkan penghancuran lanskap paleontologi penting. (Huang Shun Ping/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Di berbagai kebudayaan, naga merupakan hewan mitos penting yang memiliki kekuatan menakjubkan. Dalam mitologi barat, gigi naga dipercaya menjadi senjata pemusnah massal. Sedangkan dalam budaya Tiongkok kuno, gigi naga memiliki khasiat penyembuhan. Pada akhirnya, mitos kuno itu membawa ke penghancuran lanskap paleontologi penting di Tiongkok demi mendapatkan gigi naga.

Mitologi gigi naga di dunia barat

Dalam mitologi Yunani, gigi naga hadir dalam kisah Cadmus serta Jason dan Argonauts. Mereka mengumpulkan gigi setelah membunuh naga suci. Diberi saran oleh Athenna, gigi naga pun ditabur oleh Cadmud. Alhasil, sekelompok prajurit ganas yang disebut spartoi tumbuh dari gigi naga tersebut.

Pencarian legendaris Jason untuk Golden Fleece juga terhalang ketika gigi naga yang ditanam tumbuh menjadi prajurit zombie bersenjata lengkap.

Dua legenda klasik Cadmus dan Jason mengilhami ungkapan menabur gigi naga, artinya melakukan sesuatu yang mengobarkan perselisihan

Alkimia timur

Dalam alkimia Tiongkok dan praktik pengobatan awal, jamur dan buddha’s hand dikonsumsi dengan bubuk kalajengking, cula badak, dan fosil gigi. Tulang dinosaurus, yang dikenal sebagai longgu atau longchi (tulang naga), juga menjadi salah satu bahannya. Semua bahan itu diramu untuk dijadikan obat.

Gigi naga masih sangat dihargai karena khasiat penyembuhannya yang dirinci dalam teks tertua pengobatan Tiongkok. “Teks tersebut ditulis oleh kaisar mitologis Sheng Nung,” tulis Ashley Cowei di laman Ancient Pages. Konon orang Tiongkok kuno percaya jika gigi naga berkhasiat untuk menyembuhkan kejang, epilepsi dan kegilaan dan 12 jenis kejang pada anak-anak.

Menurut ahli mitologi Bruce MacFadden, “Orang Tiongkok sangat menghargai gigi lebih tinggi. Oleh karena itu gigi lebih mahal daripada tulang.” Dalam buku J. Gunnar Andersson, Children of the Yellow Earth: Studies in Prehistoric China, cangkang kerang yang membatu dapat mengobati reumatik, penyakit kulit, dan gangguan mata.

Kamus Pengobatan Tradisional Tiongkok mencantumkan tulang dan gigi naga dalam kategori obat penenang.

“Tulang Naga; Os Draconis. Obat ini terdiri dari fosil tulang mamalia besar purba, seperti Stegodon orientalis dan Rhinocerus sinensis dan digunakan sebagai obat penenang untuk pengobatan jantung berdebar kencang, dan insomnia.”

Saat ini, diketahui bahwa fosil tidak mengandung vitamin atau mineral penyembuh. Konon peningkatan kesehatan setelah dikonsumsi tidak lebih dari efek plasebo. Namun dari mana kepercayaan akan khasiat gigi naga di budaya Tiongkok berawal?

Asal-usul penggunaan gigi naga di Tiongkok

Provinsi Guizhou dan Yunnan kaya akan fosil yang berusia ratusan juta tahun. Misalnya fosil Maotianshan yang sangat berharga dan digali di daerah Chengjiang. Fosil tersebut digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Saat ini di Tiongkok, fosil masih memberikan kekayaan besar bagi petani dan warga lokal. Mereka menjaga lokasi rahasia tersebut dari ahli paleontologi Tiongkok dan menjualnya ke kolektor dan institusi swasta.

Perpecahan antara ilmuwan, alkemis medis, dan pedagang, diperlebar oleh kekayaan besar pemerintah Tiongkok. Pemerintah Tiongkok ingin menjadikan Tiongkok sebagai pemimpin dunia dalam penggalian fosil.

Penghancuran fosil yang disengaja di zaman modern menjadi bukti bahwa orang Tiongkok sangat percaya pada khasiat tulang dan gigi naga.

Asal usul mitologi naga Tiongkok menjadi fokus perdebatan sengit. Namun simbolismenya dan apa yang diwakilinya sangat jelas.

Naga adalah yang paling kuat dari semua binatang mitologis. Makhluk mitologi ini mewujudkan kekuatan kebajikan tertinggi. Naga dipercaya dapat mengendalikan hujan dan sungai, menyuburkan tanah dan membawa kehidupan ke bumi.

Naga Showen di masa Dinasti Han digambarkan sebagai, “Yang paling utama di antara makhluk bersisik dan reptil, naga bisa bersembunyi di kegelapan atau muncul di siang hari. Naga bisa menyusut atau membesar, memendek atau memanjang. Naga naik ke langit di musim semi dan menyelam ke kedalaman kolam di musim gugur.”

Simbol naga dalam berbagai budaya

Dalam budaya barat, naga secara historis dipandang sebagai makhluk yang mengerikan. Misalnya, dalam puisi epik Inggris kuno Beowulf, naga adalah makhluk yang kejam dan rakus yang menimbun harta.

Baca Juga: Kisah Kaisar Yao, Titisan Naga Merah dari Era Neolitikum Tiongkok

Baca Juga: Mengapa Simbol Naga Begitu Dihormati dalam Mitologi Tiongkok Kuno?

Baca Juga: Kaisar Tiongkok Yu Menjinakkan Bencana Banjir Bandang Sungai Kuning

Baca Juga: Thanatosdrakon amaru, Reptil Terbang yang Dijuluki Naga Kematian 

Namun, dalam budaya Tionghoa, naga tidak pernah dianggap sebagai musuh, menurut New World Encyclopedia. Sebaliknya, mereka disembah sebagai ilahi dan maha benar.

Naga Tionghoa juga memiliki banyak karakteristik terhormat. Selain keberuntungan dan kebangsawanan, naga dianggap sebagai makhluk maha kuasa yang menawarkan kebijaksanaan dan perlindungan kepada rakyatnya.

Karena arti pentingnya, setiap rumah juga memiliki simbol naga untuk memberikan perlindungan dan membawa keberuntungan.

Penggunaan naga dalam seni Tionghoa sudah ada sejak awal mula peradaban Tiongkok itu sendiri. Penggambaran makhluk ini dapat ditemukan di hampir semua media, mulai dari patung hingga lukisan.

Ironisnya, kepercayaan akan kekuatan naga akhirnya membawa Tiongkok pada penghancuran salah satu sumber daya fosil terkaya di dunia.