100 Tahun Gajah: Lihat Bagaimana Nat Geo Memotret Makhluk Ikonik Ini

By Utomo Priyambodo, Senin, 1 Mei 2023 | 07:48 WIB
Sejak cerita gajah pertama diterbitkan di National Geographic pada tahun 1906, majalah tersebut telah mengambil sudut pandang yang berbeda dalam meliput binatang berkulit tebal itu, mulai dari sebagai buruan pemburu hingga binatang beban hingga spesies yang perlu diselamatkan. Seiring berjalannya wa (MICHAEL NICHOLS, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Pada tahun 1920-an dan 1930-an, ketika kebun binatang menjadi lebih populer dan membangkitkan rasa ingin tahu tentang hewan liar, cerita yang terbit menekankan peran gajah sebagai hewan beban.

Pada tahun 1928, sutradara King Kong Merian Cooper dan Ernest Schoedsack menulis dan memotret sebuah cerita tentang penjinakan gajah afrika. Mereka mengklaim "binatang yang perkasa, setelah tunduk pada kecerdasan superior manusia, melayaninya dengan baik."

Kemudian, pada 1950-an dan 1960-an, kamera yang lebih kecil memudahkan pelaporan lapangan, dan budaya safari Afrika berkembang. Pada periode ini, laporan National Geographic tentang gajah telah berubah menjadi "gagasan bahwa Anda pergi ke habitat hewan, bukan sebaliknya," kata Andrews.

Ketika Quentin Keynes—cicit Charles Darwin—memotret sebuah cerita di Kenya pada tahun 1951, ceritanya berjudul "Africa’s Uncaged Elephants" dan dipotret dari rumah pohon khusus yang ia bangun di sabana.

Jebakan kamera yang pertama kali dibuat oleh Shiras juga mulai berevolusi menjadi unit yang lebih kecil dan lebih sensitif. Jebakan kamera ini dapat menangkap kehidupan sehari-hari hewan liar yang belum pernah ada sebelumnya.

Seekor gajah hutan betina menyerang fotografer Nick Nichols di Taman Nasional Dzanga-Ndoki Republik Afrika Tengah pada tahun 1993. 'Sangat jelas bahwa kami berada di tempat yang diatur oleh alam dan bukan oleh manusia. Itu benar-benar liar,' kata Nichols, yang foto-fotonya diterbitkan pada Juli 1995 (MICHAEL NICHOLS, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Pergeseran ke konservasi

Hampir tidak ada cerita gajah yang diterbitkan pada tahun 1970-an. Namun tahun 1980-an membawa serta era pelaporan konservasi, dimulai dengan artikel November 1980 “Africa’s Elephants: Can They Survive?” oleh seorang National Geographic Explorer bernama Iain Douglas-Hamilton dan istrinya, Oria.

Dua National Geographic Explorer, Beverly dan Dereck Joubert, kemudian memulai hal yang akan menjadi pekerjaan puluhan tahun mengamati dan mempelajari gajah afrika dengan karya Mei 1991 mereka, "Eyewitness to an Elephant Wake".

Kisah itu adalah salah satu cerita yang pertama menunjukkan bahwa gajah memiliki "kehidupan batin yang emosional". Bahwa seperti manusia, gajah mendukakan kematian mereka, kata Lori Franklin, seorang editor di National Geographic Image Collection.

Gajah yatim piatu berkumpul di sekitar kubangan air di Reteti Elephant Sanctuary di Kenya utara dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Agustus 2017. Komunitas Samburu yang merawat satwa muda itu mencoba mengembalikan mereka ke habitat aslinya, tempat mereka akan memiliki peluang bagus untuk berh (AMI VITALE, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Liputan National Geographic tentang gajah memiliki dampak yang berarti bagi masyarakat, kata Franklin.